Sunday, December 11, 2011

SETIA HATI - SULUK KASAMPURNAN



SEBUAH PENELUSURAN, PENEMUAN, DAN PENDALAMAN PRIBADI AJARAN “SETIA HATI"

I. SUATU PERTANYAAN PRINSIP

SETIA HATI BUKAN NAMA PERGURUAN, BUKAN NAMA ORGANISASI AKAN TETAPI SUATU AJARAN/SUATU PRINSIP HIDUP/SUATU PETUNJUK MENUJU KASAMPURNAN

TAHUKAH KITA, APA MAKNA & TUJUAN SEBENARNYA DARI FALSAFAH “SETIA HATI“ ?

PAKAH KITA TELAH MENYADARINYA DAN MELAKUKANNYA ?

BAGAIMANA METODE YANG KITA PERGUNAKAN ?

INTI FALSAFAH “ SETIA HATI “

TERDIRI DARI DUA SUKU KATA : “ SETIA “ & “ HATI “

ARTI MAKSUD :

“ SETIA (KATA PERBUATAN SATU) “ DARI DIRI

DIRI :

WADAG (diatur oleh nafas, tanah, api, dan udara) DAN NYAWA/BADAN HALUS/KARTIKO–SUWASONO (menjadi badan kehalusan, dilengkapi Napsu2, dihidupkan oleh Nur Illahi, dijaga Malaikat & para Kadang sak kelahiran)

KEPADA HATI NURANI :

Yang dimaksud adalah NUR ILLAHI/INGSUN/URIP LANGGENG yang bersemayam didalam hati nurani.

Jadi:

SETIA HATI merupakan Falsafah Hidup, bahwa manusia Setia Hati adalah manusia yang sadar MENYATU antara KAWULO - WADAG (RAGA DAN NYAWA) dengan NUR ILLAHINYA ATAU SUKMA ATAU ROH ATAU GUSTI (BAGUSE ATI).

RAGA DAN NYAWA YANG SETIA KEPADA “OSIKING KOLBU KANG SUCI/DAWUHING GUSTI“

Sehingga dapat diperjelas menjadi KESETIAAN TULUS DARI MANUSIA UTUH RAGA DAN NYAWA KEPADA TUHANNYA YANG MAHA SUCI, MAHA KUASA, KANG TAN KENO KINOYO NGOPO, KANG TANPO WINATES.
MANUSIA SETIA YAITU KATA PERBUATAN SATU.....PERBUATANNYA AKAN SAMA DENGAN PERKATAANNYA....SATU ATAU MANUNGGAL YAITU SUKMA KITA YANG MANUNGGAL DENGAN GUSTI, DAWUHING GUSTI ATAU BIMBINGAN NUR ILLAHI YANG BERSEMAYAM DI DALAM HATI NURANI. WADAG (RAGA DAN NYAWA) HANYALAH BUNGKUS. PERUMPAMAAN MANUNGGAL ADALAH SEPERTI GULA YANG MANUNGGAL DENGAN RASA MANISNYA (SUMBER DARI RASA MANIS ADALAH GULA), SEPERTI GARAM YANG MANUNGGAL DENGAN RASA ASINNYA (SUMBER DARI RASA ASIN ADALAH GARAM), SEPERTI PENULIS YANG MANUNGGAL DENGAN PENANYA, SEPERTI PENARI YANG MANUNGGAL DENGAN TARIANNYA.TERCAPAI KESADARAN BAHWA MANUSIA HANYA RASA MANISNYA BUKAN GULA SUMBERNYA, MANUSIA HANYA RASA ASINNNYA BUKAN GARAM SUMBERNYA, MANUSIA HANYA PENANYA BUKAN PENULIS, MANUSIA HANYA TARIANNYA BUKAN PENARI.SEMUA MILIK DAN KARYA KITA DI DUNIA HANYA MILIK SANG SUMBER SEDANGKAN KITA HANYA ALATNYA SAJA. SEHINGGA TERCAPAI KESADARAN TULUS YANG DI HAYATI DENGAN BAIK BAHWA KITA SEMUA HARUS BERTERIMA KASIH KEPADA TUHAN YANG MAHA ESA ATAS SEMUA KEJADIAN DAN KEADAAN YANG DIBERIKAN KEPADA KITA. KITA HARUS NDEREK KERSANE GUSTI.

CATATAN:
Sumber: http://id.wikipedia.org/wiki/Syekh_Siti_Jenar

Dalam ajaran Manunggaling Kawulo Gusti, pendukung Syekh Siti Jenar berpendapat bahwa tidak pernah menyebut dirinya sebagai Tuhan. Arti dari Manunggaling Kawula Gusti dianggap bukan bercampurnya Tuhan dengan makhluk-Nya, melainkan bahwa Sang Pencipta adalah tempat kembali semua makhluk dan dengan kembali kepada Tuhannya, manusia telah bersatu dengan Tuhannya

Dengan demikian ruh manusia akan menyatu dengan ruh Tuhan dikala penyembahan terhadap Tuhan terjadi. Perbedaan penafsiran ayat Al-Qur’an dari para murid Syekh Siti inilah yang menimbulkan polemik bahwa di dalam tubuh manusia bersemayam ruh Tuhan, yaitu polemik paham Manunggaling Kawula Gusti.

Kontroversi kemungkinan terbesar Syekh Siti Jenar dengan ajarannya Manunggaling Kawulo Gusti, bahwa Syekh Siti Jenar adalah salah satu tokoh Islam yang dengan segala kebijaksanaannya telah dapat mengadaptasi Islam dengan keluhuran ajaran Hindu dan Budha yang menjadi pegangan Bangsa Indonesia sehingga dapat terlihat dengan jelas bagaimana nilai daripada kehidupan dan kesejatian manusia dengan penciptanya yang ada dalam Bhagawad Gita berpadu dengan nilai yang diajarkan Alquran.

Hal ini tentu saja tak berlebihan, karena dengan tingkat kerohanian dan kebijaksanaan yang dimiliki oleh Syekh Siti Jenar, ia akan mampu melakukan penghormatan kepada leluhur dan melestarikan nilai kebenaran yang diwariskan, menyerap agama baru dan melakukan penyesuain nilai agar dapat diterima oleh seluruh bangsa sehingga menjadi berkah keluhuran bagi alam semesta. Kalau para wali songo dengan pola gerakan yang lebih kepada keduniawian berusaha mengadopsi konsep Dewata Nawa Sanga di Hindu yang mereka personifikasikan ke dalam Wali Songo untuk mengubah pandangan masyarakat Hindu dan membelokkan kepada Islam pun dalam penggunaan cerita pewayangan Hindu seperti Mahabharata / Brathayudha dan Ramayana untuk membantu penyebaran agama Islam dengan melakukan sisipan sisipan ke dalamnya, namun Syekh Siti Jenar mengadaptasi nilai yang terkandung yang memang sudah ada di masyarakat Hindu dan Budha pada jaman keemasan Nusantara sehingga nilai kombinasi yang diperkenalkannya kepada masyarakat terbukti sangat cocok bahkan hingga saat ini. Terbukti bahwa daerah seperti Jogjakarta adalah salah satu daerah dengan eksistensi budaya yang sangat tinggi dan pranata sosial yang sangat beradab sebagai hasil penerapan konsep Hindu Budha dari para leluhur Bangsa Indonesia dengan nilai Islam sebagai budaya serapan baru.

II. SAPTO WASITO TOMO

1)
TUHAN MENCIPTAKAN ALAM SEMESTA SEISINYA DENGAN MELALUI SABDA NYA. SEBELUM DISABDA, SEGALA SESUATU BERADA PADA YANG MENYABDA

SEBELUM BUMI LANGIT ADA, MASIH PADANG AWANG UWUNG BELUM TERDAPAT APAPUN, YANG ADA ADALAH TUHAN = DZAT = HIDUP SEMPURNANYA TUHAN = DZAT HIDUP ABSOLUT, YANG MENGHIDUPI “

MARGA WASPADA –MARGA WASKITA –MARGA BIJAKSANA “

GERAK DZAT HIDUP MENIMBULKAN PENJELMAAN, YANG KEMUDIAN DISERTAI SUARA GURUH DAHSYAT, JADILAH ALAM SEMESTA SEISINYA “ KUN FAYAKUN “ APA YANG DISABDAKAN MAKA JADILAH ITULAH SABDA SANG ESA

KATA2 : TUHAN –ALLAH –DZAT –YAHWE - GOD  = TUTUR KATA MAKNAWIYAH DALAM HAKEKAT FILSAFAT JIWA SEMPURNA DARI HIDUP TUHAN YANG LANGGENG KATA2: TUHAN –ALLAH = ANCAR2 SUATU PENUNJUKAN

2)
SETELAH ALAM SEISINYA DISABDAKAN, MAKA TUHAN MENYERTAI SABDANYA

CIPTA DARI SABDA YANG ESA, ADALAH MANIFESTASI PENJELMAAN UCAP, YANG DISEBUT “ SUATU HIDUP YANG ESA “ CIPTA YANG TERJADI DARI SABDA NYA, MENGANDUNG DIA YANG MENYABDA SELAMA ALAM SEMESTA MASIH ADA, MAKA YANG MAHA ESA TETAP MENYERTAINYA & ADA KEHIDUPAN

DIA YANG MENYERTAI ITU, BERSEMAYAM DALAM LUBUK HATI SANUBARI /ANGKASA JANTUNG KEHIDUPAN BILA KEHIDUPAN ITU DITIADAKAN, MAKA DENGAN SENDIRINYA KEMBALI KEALAM SEMULA, IALAH ALAM SUWUNG/SONYA {Pada kebatinan Islam Jawa, disebutkan, Tuhan dalam diri manusia bersemayam dalam jagadte manungso yaitu : JONOLOKA/BETAL MUKADAS dikemaluan manusia (rumah tempat MANUSIA di sucikan) –ENDROLOKA /BETAL MUKARAM (rumah tempat MANUSIA diberikan larangan-larangan) dipusat jantung manusia –GURULOKA / BETAL MAKMUR di ubun2 atau susuhunan manusia (rumah tempat MANUSIA diberikan angan-angan atau inspirasi atau kecerdasan) } dimana ketiga Loka/Betal tersebut disebut dengan istilah TRILOKA)

KEMUDIAN KITA KAN MENJADI SADAR PULA, BAHWA ADAKU DAN HIDUPKU TIDAK BISA TERLEPAS DARIPADA WAKTU “SEKARANG INI” DAN TEMPAT “DISINI.” YANG DIMAKSUD TERASA ATAU MERASAKAN SAMPAI SADAR ITU BISA TERWUJUD JIKA PENGHAYATAN KITA DILANDASI DENGAN PENGRASA YANG HALUS MENDALAM PADA HAKEKATNYA YANG DISEBUT “RASA PENGRASA” YANG HALUS MENDALAM ITU ADALAH RASA KETUHANAN, INILAH YANG AKAN MEMBAWA SESEORANG KEDALAM SESUATU YANG MUTLAK, SESUATU YANG TIDAK DAPAT DIRAGUKAN LAGI, KARENA YANG HAK DAN YANG MUTLAK ITU HANYA TUHAN YANG MAHA ESA.

APABILA SESEORANG SUDAH TERASA ATAU MERASAKAN DAN SADAR, BAHWA “AKU ADA.” KEMUDIAN RASA PENGRASA YANG HALUS MENDALAM ITU AKAN MENGARAH KEPADA KIBLAT “YANG DUMADI” UNTUK MENJAWABNYA. SELANJUTNYA ORANG AKAN TERASA ATAU MERASAKAN DAN SADAR AKAN “ADA” DAN “HIDUPNYA” PADA WAKTU“SEKARANG INI.”

SEMASA HIDUPNYA ORANG TIDAK MUNGKIN TERLEPAS ATAU MELEPASKAN DIRI DARI AS DARI PADA LINGKUNGAN WAKTU YANG MEMBATASI SAAT YANG DISEBUT“TADI” DAN “NANTI” ATAU “KEMARIN” DAN “ESOK.”

RASA DAN SADAR AKAN “AKU INI ADA” MEMBAWA ORANG KEPADA PERTANYAAN“SEBELUM INI AKU ADA, SEKARANG AKU DIMANA? DAN NANTINYA KEMANAKAH AKU?.” UNTUK MEMPERTANYAKAN INI DALIL SAPTA WASITA TAMA MEMBANTU MEMBERIKAN JAWABANNYA DENGAN TEPAT.

“AKU” ADALAH SALAH SATU UNSUR DARIPADA ALAM SEMESTA CIPTA TUHAN YANG MAHA ESA OLEH KARENANYA SEBELUM AKU INI ADA ATAU DUMADI , AKU ADA PADA TUHAN YANG MAHA ESA. BEGITUPUN HALNYA KEADAAN HIDUP AKU.

PERTANYAAN – PERTANYAAN TERSEBUT DIANTARANYA DIATAS BUKANLAH HANYA DIJAWAB DENGAN MENGGUNAKAN LOGIKA ATAU AKAL PIKIRAN KITA SAJA, TETAPI DALAM HUBUNGAN INI HARUS LEBIH DILANDASKAN PADA RASA PENGRASA YANG MENDALAM IALAH “RASA KETUHANAN” YANG ADA PADA SETIAP INDIVIDU. SESUNGGUHNYA SEGALA SESUATU YANG TERURAI TADI ADALAH SALAH SATU BENTUK MAWAS DIRI, MAKA DIPERLUKAN PENGGUNAAN RASA HALUS MENDALAM.DIIBARATKAN ORANG BERCERMIN UNTUK MEMAHAMI WADAKNYA SENDIRI. DIA TIDAK AKAN DAPAT MELIHAT WAJAHNYA DENGAN JELAS DAN TERANG, KALAU CERMINNYA TIDAK BERLAPIS RASA DISISI BELAKANGNYA. MAKIN HALUS RASANYA, MAKIN JELAS MAKIN TERANGLAH WUJUD DALAM CERMIN ITU

TANPA RASA YANG HALUS DAN MENDALAM ORANG TIDAK AKAN BERHASIL MENGENAL DIRI PRIBADINYA SECARA TEPAT DAN JELAS. DENGAN MELALUI KESADARAN SAMPAI PADA KEYAKINAN BAHWA AKU ADA ITU KARENA ADA. YANG MENGADAKAN DAN AKU HIDUP ITU KARENA ADA YANG MENGHIDUPI , ORANG LAMBAT LAUN AKAN TERASA ATAU MERASAKAN ADANYA YANG MENGADAKAN DAN YANG MENGHIDUPI. KEMUDIAN DIA AKAN SAMPAI PULA KESADARAN, BAHWA ADAKU ITU DIBATASI OLEH TEMPAT RUANG “DISINI” DAN WAKTU “SEKARANG.”BERBEDA DENGAN YANG MENGADAKAN DAN YANG MENGHIDUPI, YANG TIDAK JASMANI.

DIA TIADA BATAS WAKTU DAN TIADA BATAS RUANG IALAH MELINGKUPI TEMPAT DAN WAKTU DIMANA SAJA, KAPAN SAJA, TIADA AWAL TIADA AKHIR, TETAPI JUGA YANG PALING AWAL DAN PALING AKHIR. DIA KEKAL DAN ABADI.

DENGAN RASA YANG HALUS DAN MENDALAM ORANG SADAR BAHWA TUHAN YANG MAHA ESA SELALU MENYERTAI KITA DIMANA SAJA, DIMANA SAJA, KAPAN SAJA DAN DALAM KEADAAN BAGAIMANAPUN JUGA TUHAN YANG MAHA ESA SELALU MENYATU DAN MENSERTAI KITA. TIADA SINAR MATAHARI TANPA DIIKUTI MATAHARINYA, TIADA DAUN – DAUNAN BERGERAK – GERAK TANPA DISERTAI YANG MENGGERAKKAN IALAH ANGIN. HANYA SAYANG BIASANYA YANG KITA PERHATIKANITU SELALU DAUNNYA YANG BERGERAK – GERAK, TIDAK SAMPAI PADA “YANG MENGGERAKKAN.”

PADAHAL YANG MENGGERAKKAN ITU TIDAK TERPISAH DARI YANG DIGERAKKAN.NAMUN DALAM SEGALA HAL KITA SELALU MENINGGALKAN ATAU MELUPAKAN “YANG MENGGERAKAN.” KARENANYA DALAM KEADAAN BAGAIMANAPUN DIWAKTU SUKA,DIWAKTU DUKA, DIWAKTU MEMPEROLEH SUKSES, DIWAKTU MENDAPAT KEGAGALAN,DIWAKTU MENDAPAT UJIAN ATAU COBAAN, JANGANLAH MENINGGALKAN ATAU MELUPAKAN TUHAN CARILAH TUHAN YANG MAHA ESA DENGAN DAN DALAM HATISANUBARI

3)
BARANG SIAPA MELUPAKAN/MENINGGALKAN AS/SUMBERNYA, MAKA IA AKAN TERGILAS OLEH LINGKUNGANNYA

AS/SUMBER = GELAR KESAKTIAN YANG MAHA ESA, YANG BERSEMAYAM DALAM ANGKASA JANTUNG MANUSIA

AS/SUMBER = INTI SUBYEKTIFITAS YANG RELATIF = SIFAT ABSOLUT YANG MAHA ESA, YANG SELALU DALAM LINGKUNGAN KEHIDUPAN SEMPURNA

MENINGGALKAN AS / SUMBERNYA, BERARTI TERGELINCIR DARI LINGKUNGAN HIDUPNYA SENDIRI.

(Dalam kebatinan Timur, AS tersebut juga diartikan sebagai AXIS MUNDI, ialah AS/GARIS TEGAK LURUS yang menembus center ketiga dunia, ialah Dunia Arwah, Dunia Manusia, Dunia Tuhan, sehingga siapapun yang jauh dari As tersebut, akan jauh pula dari getaran hidup sempurna, dan demikian pula sebaliknya)

PERLU DISADARI, BAHWASANNYA DAYA, TANAGA DAN KEKUATAN MANUSIA ITUBISA BERASPEK “JASATI” (STIFELLIJK) DAN BISA PULA BERASPEK “ROHANI.” YANG PERTAMA BIASANYA DISEBUT KEKUATAN “LAHIR,” YANG LAIN DIKATAKAN KEKUATAN “BATIN,” KADANG – KADANG DISEBUT KEKUATAN GAIB/TERSEMBUNYI SESUNGUHNYA YANG DISEBUT KEKUATAN LAHIR ITU TIADA LAIN DARIPADA PERWUJUDAN KEKUATAN BATIN ATAU KEKUATAN DALAM . PADA HAKEKATNYA KEKUATAN HIDUP. TENAGA DAYA ATAU KEKUATAN DIMAKSUD BISA DILATIH, DIBINA DAN DIKEMBANGKAN LEWAT LATIHAN – LATIHAN OLAH JIWA ATAU OLAH RAGA.

AS MERUPAKAN BAGIAN DAN UNSUR VITAL BAGI KESATUAN ATAU TOTALITASDAN DALAM LINGKUNGANNYA, AS BERFUNGSI PENGATUR DAN PENYALUR, DISAMPING PERANNYA SEBAGAI PENGHIMPUN DAN PENYIMPAN DAYA, TENAGA DAN KEKUATAN. AS MANUSIA YAITU BERUPA HATI SANUBARI MEMPUNYAI PERAN PULA SEBAGAI DISTRIBUTOR DAN AKUMULATOR DARIPADA TENAGA DAN KEKUATAN MANUSIA ITU SENDIRI.

AS ADALAH TEMPAT KEDUDUKAN, DIMANA SUATU PROSES BERPUSAT DAN MEMUSAT. APABILA PROSES ITU GERAK MOBAH MOLAH MANUSIA, MAKA AS-NYA ADALAH JANTUNG DARI MANUSIA ITU SENDIRI. JANTUNG MANUSIA ADALAH SUMBER DARIPADA DAYA HAYATI HIDUP ATAU SUMBER DARIPADA “RAHSA” MANUSIA ITU SENDIRI. DIAWALI DENGAN GERAK DENYUT ATAU GERAK GETAR JANTUNG MULAI BERFUNGSILAH SELURUH ALAT SARANA MANUSIA SESUAI DENGAN TUGAS MASING –MASING. JIKA BERARTI BERDENYUT / BERGETAR, BERHENTILAH SELURUH HIDUP DAN,KEHIDUPAN MANUSIA. MANUSIANYA DINYATAKAN MATI MENINGGALKAN DUNIA.

DIDALAM JANTUNG DI PUSATNYA BERSEMAYAMLAH YANG DISEBUT HATI SANUBARI, PRIBADI ATAU RASA JATI. HATI SANUBARI TIADA GERAK, NAMUN MENUMBUHKAN SELURUH GERAKAN “DIRI”, DIAWALI DI JANTUNG, BERUPA GERAK DENYUT ATAU GERAK GETAR. GERAKAN ITU KEMUDIAN MENEBAR KESELURUHANGGOTA TUBUH SECARA MENYELURUH SEBAGAI GETARAN ATAU HIDUP. DALAM HUBUNGAN INI HATI SANUBARI BERFUNGSI SEBAGAI SARANA TUHAN YANG MAHA ESA UNTUK MEMANCARKAN SINAR SIFAT HAYATI-NYA. NAMUN HATI SANUBARI BERPERAN PULA SEBAGAI TIRAI ANTARA INSAN DENGAN TUHAN YANG MAHA ESA.

AS BERFUNGSI PULA, SEBAGAI YANG MENGATUR DAN MENENTUKAN KESEIMBANGAN ATAU KESERASIAN, JIKA KITA BERADA PADA AS, KITA TAK AKAN TEROMBANG AMBING OLEH GELOMBANG LINGKUNGAN SEKELILING KITA. AS DARIPADA MANUSIA MENGATUR DAN MENENTUKAN JUGA KESEIMBANGAN ANTARA “DIRI” DENGAN “PRIBADI” MANUSIA ITU SENDIRI. KEMAUAN KITA, BAHWA NAFSU KITA,BANYAK KALI LEBIH BESAR DARIPADA KEMAUAN DIRI KITA. JIKA KITA TIDAK BERPEGANG PADA AS ATAU HATI SANUBARI, KITA AKAN TERGELINCIR DAN TERJATUH.

MAKIN JAUH KITA MENINGGALKAN AS, MAKIN TERLEPAS KITA DARI KESEIMBANGAN, MAKIN BERAT PULA TERJATUH KITA. OLEH KARENANYABERTINDAKLAH SESUAI DENGAN SUARA HATI SANUBARI, JIKALAU INGIN AMAN,TENRAM, DAN SENTAUSA, KARENA HATI SANUBARILAH AS DARIPADA SELURUH HIDUP DAN KEHIDUPAN MANUSIA. JIKA ORANG MENGUSAHAKAN ADANYA KESEIMBANGAN ANTARA AKAL PIKIRAN YANG MENGINGINKAN SEGALA SESUATU YANG BAIK, YANG TERBAIK BAGI DIRINYA DAN HATI SANUBARINYA YANG MENGHENDAKI SEGALA SESUATU YANG ADIL, YANG JUJUR, YANG BENAR, MAKA INSYA ALLAH IA MEMPEROLEH KETENANGAN, KETENTRAMAN DAN KESENTAUSAAN HIDUP LAHIR DAN BATIN UNTUKMENGHADAPI SERIBU SATU TANTANGAN. DIA TIDAK MUNKIN TERGELINCIR OLEH LINGKUNGAN, APAPUN SITUASI DAN KONDISINYA.

4)
BARANG SIAPA TERLEPAS ATAU MENINGGALKAN KESEIMBANGAN, DIA AKAN TERGELINCIR KARENANYA.

SECARA METAFISIKA, ARTI DARI KALIMAT DIATAS TERSIRAT DALAM KETERANGAN SAPTO WASITO TOMO KETIGA

PENGERTIAN LAINNYA ADALAH BAHWA KEBERADAAN AS/SUMBER DALAM WADAG, DIGAMBARKAN OLEH KEBERADAAN KELUAR MASUKNYA HAWA/PRANA/NAFAS SECARA WAJAR SEHINGGA BILA TIDAK DEMIKIAN, PASTI AKAN MENIMBULKAN HAL2 NEGATIF PADA WADAG JADI DIDALAM HIDUP

INI SELALU HARUS DIJAGA BERNAFAS SECARA TERATUR SEMPURNA, SESUAI DENGAN SIKON YANG DIHADAPI MANUSIA

(Ajaran bernafas secara benar dan sempurna, banyak ditemukan pada bermacam aliran, yang tergantung kepada untuk pengaturan pernafasan tujuan apa hal itu dilakukan).

5)
BARANG SIAPA MELUPAKAN AWAL ATAU PERMULAAN, DIA TAK AKAN MUNGKIN MENCAPAI AKHIR ATAU TAK AKAN MUNGKIN MENG-AKHIRI-NYA

SAMADIWAN HARUS MENJALANKAN PERSIAPAN MATANG DENGANTEKAD DAN NIAT BULAT UNTUK MEMANTABKAN JADWAL PERMULAAN DAN PENGAKHIRAN SAMADINYA. JANGAN SE KALI2 MELAKUKAN “ COBA2 “

NIAT MEMULAI, HARUS TELAH DILANDASI KEBERANIAN KUAT DAN TABAH, DISERTAI KEPERCAYAAN DIRI PENUH, UNTUK PASRAH JIWA RAGA, PASRAH HIDUP MATI KEPADA TUHAN YANG MAHA ESA

JANGAN DIKOTORI OLEH INGATAN SEDIKITPUN MENGINGINKAN PAHALA KERJA DAN PAMRIH, KARENA HAL ITU AKAN MENGGOYAHKAN PERMULAAN KITA DAN MENGABURKAN ARAH TUJUAN KITA

(Dalam ajaran Jawa, Sapto Wasito Tomo yang kelima ini mengandung arti INTI yang merupakan salah satu pokok menuju kasampurnan, ialah KEDAH PONO DUMATENG “ SANGKAN PARANING DUMADI “ = harus mengetahui darimana sebenarnya hidup ini, untuk apa hidupmu ini dan kemudian setelah itu akhirnya kita akan menuju kemana nanti)

6)
BARANG SIAPA MENGAKUI HASIL KARYANYA SEBAGAI MILIKNYA SENDIRI, DIA AKAN TERBELENGGU OLEHNYA

BILA SAMADIWAN YANG KEMUDIAN MENCAPAI TINGKAT TINGGI DAN DAPAT MENCAPAI IDAMAN TUJUANNYA, SELANJUTNYA MENGATAKAN BAHWA DIRINYA SUDAH MENDAPATKAN/MEMILIKI HASIL TAPA BRATANYA, HASIL PAHALA KERJANYA, DAN AKHIRNYA MENGAKU BAHWA DIALAH PEMILIK SEMUANYA INI, MAKA MEREKA ITU AKAN TERHUKUM OLEH CIPTA/UCAPAN NYA SENDIRI

(Dalam Kejawen, amat diharamkan atau dihindari pengakuan akan KEBISAAN/KEISTIMEWAAN nya ini dihadapan umum atau diri sendiri, karena hal tersebut berarti bahwa dia masih GILA KADONYAN, bahkan condong MENYEKUTUKAN TUHAN. Dalam Suluk Karaton, tahap ini disebut sebagai TAHAP SAMPAI SITIHINGGIL yang amat gawat. Meleset sedikit maka dia akan TERBANTING KEMULA TAPABRATA YANG AMAT SUKAR UNTUK MEMULAINYA LAGI MENDAPATKAN PERKENAN HYANG WIDHI)

BIASANYA ORANG HIDUP ITU BERUSAHA ATAU BERKARYA UNTUK MEMENUHI KEBUTUHAN DAN TUTUTAN DAN KEHIDUPAN. KARENA ITU BERUSAHA ATAU BERKARYA IA AKAN MEMPEROLEH HASIL. ADAPUN HASIL ITU SENDIRI BISA MEMUASKAN TETAPI BISA MENGECEWAKAN BAGINYA. JIKA HASIL KARYANYA ITU SESUA DENGAN HARAPAN IA AKAN MERASA PUAS DAN SENANG, ITU JUGA SEBALIKNYA JIKA HASIL ITU TIDAK SESUAI YANG DIHARAPKAN, IA AKAN KECEWA.BIASANYA HASIL KARYA YANG MEMUASKAN AKAN DIAKUI MENJADI MILIKNYA, SEDANG YANG MENGECEWAKAN SEGAN UNTUK DIAKUINYA, BAHKAN BIASANYABIASANYA DILEMPARKAN KEPADA ORANG LAIN.

YANG MENGUNTUNGKAN DIANGGAP ADIL, WAJAR, SEDANG YANG TIDAK MENGUNTUNGKAN DIANGGAP TIDAK ADIL, DAN TIDAK WAJAR. UMUMNYA HASIL YANG DIANGGAP BAIK ITU LALU DILETAKKAN PADA DIRINYA, SEOLAH – OLAH MENJADI BAGIAN MUTLAK DARIPADA TUBUHNYA. SEKALI – KALIPUN TIDAK BOLEH LEPAS DARI DIRINYA. JIKA HASIL YANG TELAH MELEKAT ITU MENJADI BERKURANG ATAU ATAU MENJADI TIADA DIA AKAN BERTERIAK SEAKAN KEHILANGAN TUBUHNYA.

JIKA HAL – HAL TERSEBUT KITA KURANG BISA MENYIKAPI DENGAN BAIK. KITA BISATERSESAT JALAN DAN MELAKUKAN TINDAKAN – TINDAKAN YANG KURANG BISA DIPERTANGGUNG JAWABKAN, BAIK UNTUK DIRINYA SENDIRI, MAUPUN UNTUKMASYARAKAT ATAU UNTUK TUHAN YANG MAHA ESA SEKALIPUN.

PADA HAL SEMUA KEJADIAN ATAU SEMUA PROSES YANG TERJADI PADA DIRI KITA, BAIK YANG SECARA LANGSUNG MAUPUN YANG TIDAK LANGSUNG ITU TIDAK TERLEPAS DAN SELALU SESUAI DENGAN HUKUM TUHAN SERASI DENGAN KODRAD DAN IRADADNYA. MANUSIA ITU DIIBARATKAN SEBUAH PENA. PENA SEMATA – MATA HANYA PELAKU BULAT DARIPADA YANG MENULISKAN, KARENA PENA TIDAK MUNGKIN MENULIS SENDIRI. ADAPUN TULISAN YANG DIBUAT PENA ITU BUKAN SEMATA – MATA PEMILIK PENA, TETAPI MILIK PENULISNYA. SUNGGUH TIDAK PADA TEMPATNYA JIKALAU PENA MENGAKU TULISAN ITU SEBAGAI MILIKNYA. PENULIS MEMPUNYAI MAKSUD TERSENDIRI AKAN SEMUA YANG DITULISKAN. JIKA PENA INGIN TAHU DAN TUJUAN TULISAN ITU, DIA HARUS MENANYAKAN KEPADA PENULIS, JANGAN HANYA MENYIMPULKAN DARI TULISAN ITU SENDIRI. PENA HARUS SADAR, BAHWASANNYA DIA TIDAK LEBIH DAN TIDAK KURANG HANYA PELAKU BULAT DARIPADA PENULIS

DEMIKIAN HALNYA DENGAN KEADAAN MENUSIA SEBAGAI CIPTAAN TUHAN YANG MAHA ESA. DIALAH HANYA PELAKU BULAT DARIPADA YANG MENGADAKAN DAN YANG MISESA. HASIL KARYA YANG KITA PEROLEH DARI JERIH PAYAH KITA, TIDAK SEHARUSNYA KITA AKU, KITA AKUI SEBAGAI MILIK KITA SECARA MUTLAK. PENGAKUAN INILAH YANG MEMBANGKITKAN RASA IRI, DENGKI PURBA SANGKA, PUTUS ASA, DANLAIN SEBAGAINYA.

KITA SEHARUSNYA MENYADARI, BAHWASANNYA SEMUA HASIL KARYA KITA ATAU HASIL ITU MEMUASKAN ATAU TIDAK, SEMUANYA TIDAK TERLEPAS DARI HUKUM TUHAN YANG MAHA ESA. SEMUA HASIL KARYA KITA PEROLEH DALAM HUBUNGAN DENGAN NASIB KITA SESUNGGUHNYA AKAN MEMBAWA KITA KESATU TUJUAN YANG TELAH DITENTUKAN OLEH YANG MENGARUNIAI NASIB KITA. KALAU KITA INGIN TAHU, MENGAPA NASIB KITA BAIK ATAU MENGAPA NASIB KITA BURUK, KITA HARUS BER-PALING PADA YANG MENGARUNIAI NASIB KITA DAN MENANYAKAN DENGAN MELANDASKAN PADAHATI SANUBARI. MENANYAKAN HARUS DILAKUKAN SECARA KHUSUK DENGAN SELURUH DIRI PRIBADINYA. INSYAALLAH TUHAN YANG MAHA ESA AKAN MELIMPAHKAN TAUFIK DAN HIDAYAHNYA.


7)
BARANG SIAPA SELALU MELATIH DIRI UNTUK DAPAT MERASAKAN SUMBER DARI RASA, JIKA TUHAN YANG MAHA ESA MEMPERKENANKAN, NISCAYA IA DAPAT MERASAKAN RASA YANG SEJATI (SEJATINING RASA), TANPA MENGGUNAKAN JASAD (BAKAL KARASA TANPA NGAGEM SARIRA).

YANG DIMAKSUD DENGAN “RASA” DISINI BUKANLAH RASA MANIS, PAHIT, BUKAN RASA PANAS, DINGIN, HANGAT, SEGAR , BUKAN PULA RASA SENANG, SEDIH, DONGKOL, DAN LAIN SEBAGAINYA, TETAPI RASA DARI KATA RAHSA YAITU DARAH DAN RASA. RAHSA INILAH YANG MENYERAPI DAN SELURUH TUBUH SECARA MERATA DAN MENDALAM. RAHSA INI PADA AZASANYA “RASA KASUNAN” RASA YANG DAPAT MERASAKAN DAN TERASA ADANYA TUHAN YANG MAHA ESA, KARENA RAHSA INI SESUNGGUHNYA PANCARAN DARIPADA SINAR SIFAT HAYATI TUHAN. OLEH KARENANYA UNTUK MERASAKAN “RASA” TERSEBUT HARUS DILAKUKAN PENGHAYATAN DENGAN MENGGUNAKAN “RASA OENGRASA YANG MENDALAM.”

ADAPUN YANG MENGARTIKAN DENGAN ROSING ROSO IALAH INTI PUSAT DARIPADA YANG BERSEMAYAM DIPUSAT JANTUNG TIAP INSAN. ROSING ROSO INILAH YANG BIASANYA DISEBUT : RASA SEJATI, SEJATINING RASA, HATI SANUBARI,HATI NURANI, PRIBADI DAN SEBAGAINYA. NAMUN DEMIKIAN, PADA HAKEKATNYA RASA ITU HANYA SATU DAN TUNGGAL. TIAP INDIVIDU DENGAN MULAI LATIHAN YANG TERATUR DAN BERTURUT TURUT SERTA TEKUN DAPAT MENCAPAI KEADAAN“MERASAKAN” ATAU “TERASA.” ROSING ROSO INILAH HATI SANUBARI

TETAPI UNTUK MENERANGKAN DENGAN KATA – KATA EKSISTENSI DARI ROSINGROSO ATAU HATI SANUBARI ITU TIDAK MUNGKIN, KARENA ITU ADALAHPENGALAMAN PRIBADI, YANG GAIB. BAGAIMANA MENJELASKAN RASA MANIS RASA ASIN SECARA TEPAT, KALAU TIDAK / BELUM MENGALAMI MERASAKAN SENDIRI MELALUI PENGHAYATAN YANG SETEPAT – TEPATNYA DAN TELITI. DENGAN PENGALAMAN KARENA PENGHAYATAN SENDIRI SECARA KOMPLIT AKAN TERTANCAP SUATU KESAN ATAU IMPRESI YANG TAK MUDAH DILUPAKAN.

NAMUN PENGHAYATAN HARUS DILAKUKAN DENGAN SELURUH DIRI PRIBADI SECARA UTUH BULAT, BUKAN HANYA MENGGUNAKAN SEBAGIAN DARI ANGGOTATUBUH, MISALNYA : HANYA DENGAN MATA DAN TELINGA. APABILA PENGHAYATAN ITU DILAKUKAN SECARA TERATUR DAN BERKESEIMBANGAN DENGAN LATIHAN –LATIHAN.

RAHSA PADA HAKEKATNYA MEWUJUDKAN DAYA HAYATI HIDUP SEBAGAI PANCARAN DARIPADA SINAR SIFAT HAYATI TUHAN YANG MAHA ESA, YANG MENGANDUNG DAYA TENAGA DAN KEKUATAN / ENERGI. DAYA HAYATI HIDUP ITU MASUK MELALUI PARU – PARU. DARI PARU – PARU RAHSA ITU DALAM DARAH BERSIH DIAMBIL OLEH JANTUNG, UNTUK DIKIRIM MENYERAPI SELURUH ANGGOTA TUBUH SAMPAI PADA BAGIAN TUBUH YANG SEKECIL – KECILNYA SECARA ADIL DAN MERATA MENURUT PERBANDINGAN DAN FUNGSINYA. DALAM HUBUNGAN INI SELURUH ANGGOTA TUBUH OLEH KARENANYA MAMPU DAN BISA BERGERAK ATAU DIGERAKKAN. MANUSIA LALU DIKATAKAN HIDUP.

DALAM PADA ITU YANG DISEBUT JANTUNG DIMANA PADA PUSATNYA BERMAHLIGAI HATI SANUBARI ATAU PRIBADI LINGKUNGAN HIDUP BERFUNGSI DAN BERKEDUDUKAN SEBAGAI AKUMULATOR / PENGHIMPUN DAN DISTRIBUTOR /PENYALUR RAHSA, YAITU DARAH DAN RASA SELURUH TUBUH DAN BAGIAN ANGGOTA TUBUH. SEBALIKNYA SELURUH ANGGOTA TUBUH DAN BAGIAN – BAGIANNYA DAPAT MERASAKAN PUSAT JANTUNG YANG SEDANG MEMBAGI BAGIKAN DARAH TERUS MENERUS TIADA HENTI – HENTINYA SECARA “MBANYU MILI.” PROSES INI DAPAT KITA RASAKAN, KITA AMATI APABILA KITA MEMUSATKAN PERNAFASAN KITA DIPUSAT JANTUNG. INI BERARTI BAHWASANYA PERNAFASAN ITU TIDAK DIPERHENTIKAN DI PARU – PARU SAJA, TETAPI DITERUSKAN KEARAH PUSAT JANTUNG DAN“PELEPASAN NAFAS” DIMULAI DARI PUSAT JANTUNG. JADI PEMASUKAN NAFAS BERADA DI PUSAT JANTUNG DAN“PELEPASAN NAFAS” DIMULAI DARI PUSAT JANTUNG.

DENGAN PENGHAYATAN SEPERTI TERSEBUT DIATAS YANG DILAKUKAN SECARABERTURUT TURUT DAN TERATUR, LAMBAT LAUN KITA AKAN DAPAT MERASAKAN DAN SADAR TENTANG STATUS DIRI.

BILA INGIN MENCAPAI KESADARAN SAMADHI YANG SEMPURNA, PERMULAANNYA HARUS DIJALANKAN DENGAN MELAKUKAN LATIHAN2 SERIUS YANG BER ULANG2, TANPA BIMBANG DAN RAGU APALAGI BOSAN. SEHINGGA SETAHAP DEMI SETAHAP PENGUASAAN “ RASA “ ITU MENJADI SEMAKIN “ LICIN “ DAN LAMA KELAMAAN MEMUNCAK KE SIKON KESADARAN ROHANI TINGGI

DENGAN LATIHAN KONTINU DAN SERIUS, AKAN DAPAT MENEMBUS KEALAM RAHSO SEJATI (=ALAM DIMANA TAK ADA PERASAAN, TAK ADA INGATAN ALAM PELEPASAN, ALAM MERDEKA, ALAM MUKTI, NIRWANA, ALAM MOKSA DST)

(dalam ajaran kejawen, terdapat kata2 “ SUKSMO TELENG ING SAMADI “. Dalam Suluk Karaton, hal ini masuk dalam tahapan laku “ LEWAT KORI BROJONOLO, KEMUDIAN BERTAHAP MASUK KEDALAM KARATON INTI. Dalam Tasauf, hal ini masuk dalam tataran laku OLAH ROSO untuk mencapai WAHDATUL SUHUD, ialah MANUNGGALING ROSO KAWULO GUSTI)



BUKAN AZIMAT, BUKAN KERAMAT, TETAPI PENGETAHUAN DAN PETUNJUK PRINSIP MENUJU “ SETIA HATI “

SEMUA WARGA SH MULAI TINGKAT I SAMPAI III HARUS MENGERTI, MENYADARI DAN MELAKSANAKANNYA SECARA BERJENJANG, BERTINGKAT, SESUAI TINGKATNYA, KEMATANGAN DIRINYA, DAN KEMANTABAN TUJUANNYA

APAKAH KITA JUGA TELAH MELAKUKANNYA ?

INTI SARI SAPTO WASITO TOMO SETIA HATI:

KITA ADALAH MAHLUK CIPTAAN TUHAN YANG MAHA ESA DAN DIDALAM DIRI KITA TUHAN BERSEMAYAM DIDALAM HATI SANUBARI KITA

BERUSAHALAH UNTUK MENGETAHUI DAN MENYADARI “ SANGKAN PARANING DUMADI “ DAN BERUSAHALAH SELALU MELAKSANAKAN “ HAMAMAYU HAYUNING BAWONO “ DALAM HIDUP KITA DIDUNIA

DENGAN MENGERTI “ SANGKAN PARANING DUMADI “ DAN KEMUDIAN MELAKUKAN “ HAMAMAYU HAYUNING BAWONO “ MAKA KITA AKAN MENUJU LURUS KEARAH TUJUAN AKHIR KITA, IALAH KEMBALI KEALAM ASAL MULA KITA DENGAN SEMPURNA

UNTUK ITU MELATIH OLAH ROSO SECARA BERTAHAP, SEHINGGA MENCAPAI ROSO SEJATI, PERLU DILAKUKAN UNTUK SETAHAP DEMI SETAHAP LELAKU urip sajroning pati - pati sajroning urip, DALAM PERSIAPAN AKHIR HIDUP KITA SECARA SEMPURNA NANTI

DENGAN MELAKUKAN LATIHAN SAPTO WASITO TOMO MAKA UNTUK MENCAPAI KASAMPURNANING GESANG ING DONYA & UNTUK MENCAPAI KASAMPURNANING BALI MYANG SUWUNG AKAN MENDEKATI KENYATAAN

III. TINGKAT & WARNA JURUS SH

TINGKAT I
TERDIRI 36 JURUS POKOK ATAS / BERDIRI GERAK LURUS –ZIKZAK –KEBLAT PAPAT LIMO PANCER gerak aktif, cepat, tepat Prinsip Falsafah : “ BERANI ITU BENAR, TAKUT ITU SALAH “

TINGKAT II
TERDIRI DARI 25 JURUS POKOK BAWAH, gerak pasif tetapi awas, reflektiff, tepat Prinsip Falsafah: “ BERANI KARENA BENAR, TAKUT KARENA SALAH “

TINGKAT III
TERDIRI DARI 1 JURUS POKOK DIAM ALIF, Diam tiada gerak, anteng, manteng sugeng, jineng Prinsip Falsafah : “ BERANI ITU SALAH, TAKUT JUGA SALAH “

APA MAKNA YANG TERSIRAT DIDALAMNYA

TINGKAT I



TERDIRI 36 JURUS POKOK ATAS / BERDIRIGERAK LURUS –ZIKZAK – KEBLAT PAPAT LIMO PANCER gerak aktif, cepat, tepat Prinsip Falsafah : “ BERANI ITU BENAR, TAKUT ITU SALAH “

Tingkat ini disebut sebagai tingkat awal, dimana SH yer dilatih untuk BERANI MENGHADAPI HIDUP (BUKAN BERANI MATI),MENERJANG TUNTAS APAPUN PENGHALANG YANG ADA DIDEPANNYA. Rawe2 rantas, Malang2 putung.

“ Keberanian “ adalah KEMENANGAN YANG PERTAMA HIDUP KERAS PENUH TANTANGAN DISINI NGELMU “ KANOMAN “ amat dominan untuk menghadapi kekejaman duniawi.



TINGKAT II





TERDIRI DARI 25 JURUS INTI BAWAH, gerak pasif tetapi awas, GERAKKAN SECARA REFLEKS, dan harus tepat Prinsip Falsafah: “ BERANI KARENA BENAR, TAKUT KARENA SALAH “. SHyer dididik menyatukan CIPTA –RASA –KARSA nya.





Gerak bawah reaktif cepat dan tepat. Setiap jurus merupakan pertahanan dan serangan balik. Serangan-serangan sudah tidak mematikan lawan, hanya membuat lawan mundur dan mengurungkan serangan.


TINGKAT III

;

Jurus ini terbagi dalam 3 bagian:

Bagian 1, filosofinya merupakan puncak kanuragan, sekali gerak musuh harus mati. "nora nono srengenge kembar".

Bagian 2, filosofinya sama dengan bagian 1 tapi energi di kurangi sesuai dengan kekuatan lawan. TIDAK MAU KALAH TAPI JUGA TIDAK MAU MENANG.

Bagian 3, filosofinya berani salah takut juga salah. Akhir dari semua kita sudah diam tidak ada jurus. PASRAH NDEREK KERSANE GUSTI.

JADI:

TINGKAT DAN JURUS SETIA HATI PUN PADA HAKEKATNYA MERUPAKAN GAMBARAN PETUNJUK/SULUK BAGAIMANA HIDUP DIDUNIA SECARA SEMPURNA DAN BAGAIMANA KITA DAPAT MATI SECARA SEMPURNA SEHINGGA HIDUP LANGGENG MENYATU DENGAN TUHAN

DALAM AJARAN PARA LELUHUR JAWA, TERSURAT DAN TERSIRAT APA YANG DIMAKSUD SAMPURNA SEBAGAI BERIKUT:

Dari sudut Kepribadian, mengidealkan MENUNGSO KANG “ SATRIYO PINANDITO “
Dari sudut Sosial, mengidamkan MANUNGSO KANG BISO MANJING AJUR AJER, KANG BISO RUMONGSO, ORA RUMONGSO BISO
Dari sudut Ekonomi , mengidealkan MENUNGSO KANG URIPE GANGSAR REJEKINE
Dari sudut Politik, mendambakan PIMPINAN KANG ASIPAT “ MANGKU –MENGKU – HAMENGKONI “
Dari sudut Kebudayaan, mengidealkan SENI KANG ADILUHUNG
Dari sudut Ilmu Pengetahuan, mendambakan MENUNGSO KANG MUMPUNI LAN NIMPUNO
Dari sudut ke Tuhan an mengidealkan MANUNGSO KANG SAMPURNA
Dari sudut Filsafat, mendambakan MENUNGSO KANG NGREGEM BENER TUR PENER
Dari sudut Spiritual mendambakan MANUNGGALING KAWULO GUSTI

INTI LELAKU MANUSIA SH:

DASARNYA MENGERTI DAN MENYADARI SANGKAN PARANING DUMADI

LAKU HORIZONTAL HAMAMAYU HAYUNING BAWONO LAKU VERTIKAL MANUNGGALING KAWULO GUSTI MANUNGGALING JAGAD AGENG LAN JAGAD ALIT

ALAM SEMESTA = JAGAD ALIT, BATIN MANUSIA = JAGAD AGENG. BATIN MANUSIA DI DALAM ADALAH JAGAD YANG LEBIH BESAR DARI ALAM SEMESTA DI LUAR.

MANUSIA HARUS SELALU MELATIH MENYATUKAN DIRI DENGAN ALAM MELALUI:

NGANGKAH Berniat teguh, sungguh2, tiada ragu secuilpun
NGUKUT Menghentikan pakarti ala dari jiwa maupun raga
NGIKET mengikat dan memusatkan jiwa pada satu tujuan
NGRUKET, TRIKALOKA KAKUKUT mengikat dan menyatukan jagadte manungso: Janaloka/Betal Mukadas, Endraloka/Betal Mukaram, Guruloka/Betal Makmur

SETIA HATI YANG DILENGKAPI DENGAN SAPTO WASITO TOMO & TIGA TINGKATAN2 JURUS SILAT NYA MERUPAKAN PENGETAHUAN DAN PETUNJUK PENTING MENUJU KASAMPURNAN

AJARAN SETIA HATI BISA DIPELAJARI DAN DIPRAKTEKKAN BERDASARKAN KEMAUAN DAN KEMAMPUAN PRIBADI MASING-MASING. DARI SEKIAN BANYAK PERBENDAHARAAN ILMU CARILAH YANG PALING COCOK UNTUK DIRI SENDIRI DAN BILA MENYANGKUT ORGANISASI HORMATILAH PERATURAN ORGANISASI DAN BILA MENYANGKUT PERSAUDARAAN HARUS MENGUTAMAKAN TATA KRAMA, TEPO SELIRO DAN HAK AZASI MANUSIA. MANUSIA PADA DASARNYA SELALU BODOH DAN LAPAR SEHINGGA MEMERLUKAN ILMU PENGAJARAN UNTUK MENGURANGI KEBODOHAN DAN MENGATASI RASA LAPAR KEINGINTAHUANNYA.CARILAH ILMU SAMBIL HAMAMAYU HAYUNING BAWONO.


PESAN PAK SUWIGNYO DIBYOMARTONO ( ditulis di Bandung, September 2008) yang saya peroleh dalam Suran di Solo pada tanggal 10 Desember 2011.

Mangkono janmo Utomo
Temen tumanening sepi
Ing saben rikala mangsa
Mangsako memasuh budi
Lahire hanetepi
Ing reh kasatriyanipun
Susilo anor raga
Wignyo net tyasing sesami
Yeku aran wong borek berang agama

Artinya:

Demikianlah orang utama
Secara teratur melakukan latihan semedhi
Pada waktu dan tempat tertentu
Berusaha kedalam menguasai dan mencuci budi pekerti
Secara keluar menepati segala hukum dan tugas yang menjadi tanggung jawabnya
Tingkah lakunya sopan santun dan rendah hati
Pandai membuat gembiranya orang lain
Itulah yang dikatakan orang yang telah putih dan antusias pada agama

Marilah kita sekarang kita melihat Ke Maha Esaan Tuhan, yang ada di dalam tubuh kita dengan penyerahan yang setulus-tulusnya. Kita akan melihat apa kehendak Tuhan tehadap kita dan keluarga kita dengan mata batin.

Dan kita akan temui rahmat Tuhan yang tiada batas demikan pula KasihNYA tanpa batas. Dengan kita masuk manunggal kedalam Ke Maha Esaannya, menjadikan kecerdasan/kepandaian ada pada kita sehingga kita adalah Guru kita. "Karena sebetulnya Saya yang Sejati (Sukma/Cahaya Tuhan) adalah Guru Sejati saya.

Ini merupakan pengejewantahan aku ALIEF.



SUMBER:
Foto: Mas Suhartono
Peraga Jurus TK II: Mas Abas
Sarasehan: Mas Ngemron
Paper: Informal Group Millist PSHT (email dari Mas Sakti), Warisan Leluhur oleh Pak Soewignyo Dibyomartono

Sumber:Buku Peringatan "Sejarah Persaudaraan Setia Hati "PSC" oleh Kakangmas Slamet Riyadi (sesepuh PSHT Cabang Cilacap).
tampilkan dalam 3 seri:

Seri 1:
1. Kata Pengantar
2.Latar Belakang Pemisahan Beberapa Murid Tertua Dari Persaudaraan Setia Hati (SH) Winongo Madiun.

Seri 2:
3.Sejarah Berdirinya Persaudaraan Setia Hati “PSC”Pilangbango Beserta Sejarah Pengembangannya.

Seri 3:
4.Sejarah Berdirinya Persaudaraan Setia Hati Terate Beserta Pengembangannya.
5.Sekilas Riwayat Hidup Penulis

SERI KE-1

KATA PENGANTAR

Buku Peringatan mengenai ‘Sejarah Persaudaraan Setia Hati”PSC” Pilangbango’ ini, kami cetak yg ketiga dengan perbaikan perbaikan seperlunya dan diperuntukkan semata hanya untuk kalangan sendiri yaitu para kadang Persaudaraan Setia Hati Terate pada umumnya dan seluruh kadang yang sama sama menghirup ilmu setia hati pada khususnya
Rasa hormat dan terima kasih yang tak terhingga kepada “Nara Sumber kami” yang telah memberikan data data yang lengkap dimulai dengan buku ini kami cetak pertama kali tanggal 01 Januari 1974, dan kenyataan saat sekarang beliau beliau sudah wafat meninggalkan kita.
Terima kasih yang tak terhingga kepada Bpk. Hassan Djojoadisoewarno (Alm) ; Bpk. Njono Wardojo (Alm) ; Bpk. Saljo Harso Oetomo (Alm) ; Bpk. Badini (Alm) ; Bpk. Moertadji Widjaja (Alm) dan Bpk. Padmo Siswojo (Alm) dan Bpk.Soewignjo Dibjo Mertono putra Bpk Santoso Kartoatmodjo (Alm) yang merupakan saksi sejarah yang masih sugeng dan kenyataan sangat berjasa memberikan ingatan masa lalu beliau beliau tentang “Sejarah berdirinya Persaudaraan Setia Hati ‘PSC’Pilang bango” dan Setia Hati Terate dikota Madiun.

Buku Peringatan ini kami susun dengan maksud agar supaya ‘hal ikhwal ‘mengenai Persaudaraan Setia Hati ‘PSC’ Pilangbango dapat diketahui bersama oleh para kadang pewaris ilmu Setia Hati yang baru masuk, ataupun para saudara penerus dan pewaris ilmu setia hati yang di ajarkan Ki Hadjar Hardjo Oetomo Almarhum, sehingga ‘buku peringatan’ ini dipandang dapatlah digunakan sebagai pedoman bagi para penerus ajaran dari beliau.

Didalam penulisan buku ini tidak ada rasa sedikitpun keinginan untuk mendiskreditkan para kadang sepuh dari manapun berada, keinginan kami hanyalah menjadi corong dan ‘talang atur’ dari para pinisepuh yang benar benar tahu dan jadi pelaku sejarah pada jamannya, dan mengetahui dengan benar hal ikhwal ‘Persaudaraan Setia Hati PSC Pilangbango’ yang didirikan dikota Madiun.

Dengan membaca buku ini diharapkan akan terbuka wawasan bahwa ternyata kita semua ini adalah ‘satu saudara sejalur lurus’ dan segala sesuatu yang pernah terjadi antara para pinisepuh kita yang juga tidak mengenakkan perasaan kita bersama, mari kita sudahi dengan suko lilo legowo yang disertai bowo leksono.

Demikian harapan kami bersama dengan kerukunan dan ke ikhlasan menjadikan ‘diri setia pada hati sanubari’ maka niscaya akan menjadikan para kadang setia hati selalu mawas diri untuk mengenal diri pribadi.

Mohon maaf yang sedalam dalamnya apabila ada tutur kata dan penulisan yang tidak berkenan dihati para kadang, dan semoga arwah para pinisepuh yang telah mendahului kita selama lamanya senantiasa mendapatkan tempat yang layak disisi Allah YME.

Amin Ya Robbilalamin.
Cilacap, 01 Agustus 2009
Slamet Riyadi

1.Latar Belakang Pemisahan Beberapa Murid Tertua Dari Persaudaraan Setia Hati (SH) Winongo Madiun.

Persaudaraan Setia Hati didirikan oleh Ki Ngabehi Soerodiwirjo pada th.1903 dikota Surabaya, setelah beliau pulang dari perantauannya menuntut ilmu ke Jawa Barat, Bengkulu, Sumatra Barat dan Aceh.
Semula namanya bukan Setia Hati akan tetapi ‘Sedulur Tunggal Kecer’ dengan permainan pencaknya dinamakan ‘Joyo Gendilo Cipto Mulyo’. Tentang riwayat lengkap pendiri telah kami ceriterakan pada buku peringatan yang lain.

a. Pada Th.1914 beliau mendapat surat dari saudara ‘Tunggal Kecer’ di Surabaya untuk dicarikan kerja pada Jawatan Kereta Api di Kalimas ( Mulai th.1912 beliau berada di Tegal ). Kerja setahun di Kalimas Surabaya, beliau dipindahkan kerja di Madiun yaitu di Bengkel Kereta Api Madiun.
Dikota Madiun ini Ki Ngabehi Soerodiwiryo tidak tinggal diam, beliau mengajar pencak silat dengan nama sama ‘sedulur tunggal kecer’.
b. Pada Th.1917 Saudara saudara pegawai KA dari bengkel KA dan pegawai Topografi Madiun juga minta pelajaran ‘pencak silat’ dan atas kesepakatan bersama seluruh kadang STK beliau mengganti nama persaudaraan menjadi Persaudaraan Setia Hati.
Setelah perubahan nama ini Persaudaan dikenal dengan nama SH Winongo disebabkan Ki Ngabehi Soerodiwirjo bertempat tinggal didesa Winongo Madiun.

Persaudaraan Setia Hati ( SH Winongo ) memang mendapatkan hati di masyarakat waktu itu, namun kurang dapat berkembang.

Ini semua disebabkan karena persaudaraan bersifat ‘paguyuban’ yang terlihat di SH Winongo, jadi bukan merupakan ‘organisasi persaudaraan’. Juga didalam Persaudaraan SH Winongo dikehendaki ‘Sang Juru Kecer Tunggal’ yang melaksanakan tugas pengeceran para warga baru.

Ki Ngabehi Soerodiwiryo merupakan ‘Central Figur’ dari SH Winongo, sedangkan pada saat itu telah ada beberapa siswa tertua yang telah menerima ‘Ilmu Setia Hati’ sampai dengan tataran 3e trap (tingkat-3).

Dan yang terutama lagi didalam kenyataan para saudara yang berlatih di SH Winongo waktu itu hanya terdiri dari para bangsawan dan para Pangreh Projo (pegawai pemerintah pada jamannya), sehingga rakyat jelata yang kurang mampu sukar dapat menjadi warga dari SH Winongo.

Beberapa saudara tertua dari SH Winongo yang sudah menamatkan pelajarannya dari Ki Ngabehi Soerodiwirjo, antara lain Bapak Moenandar Hardjowijoto dari Ngrambe Ngawi dan Bapak Hardjo Oetomo dari desa Pilangbango Madiun.

Beliau-beliau tersebut mempunyai pandangan yang lain tentang arti persaudaraan didalam masyarakat, dimana beliau beliau tersebut mempunyai ‘jiwa kebangsaan’ dan rasa patriotisme yang tinggi terhadap penderitaan rakyat ditengah tengah penindasan dan kesewenang wenangan penjajah Belanda saat itu.

Jiwa Patriotisme yang tinggi ini ditunjukkan Bpk.Hardjo Oetomo dengan bantuan teman temannya dari desa Pilangbango Madiun, dengan penuh rasa keberanian menghadang rangkaian kereta api yang lewat membawa tentara Belanda ataupun mengangkut perbekalan militer Belanda dari satu kota kekota lain.

Rangkaian Kereta Api itu dilempari dengan batu batu besar yang mengakibatkan kerusakan dan kepanikan dari pihak penjajah Belanda waktu itu. Kejadian tersebut berulang ulang terjadi sampai akhirnya Bapak Hardjo Oetomo tertangkap PID Belanda dan mendapatkan vonis hukuman kurungan di penjara Cipinang Jakarta selama 8 tahun.

Jiwa Patriotis yang lain juga ditunjukkan Bapak Moenandar Hardjowiyoto dari desa Ngrambe yang mana beliau merasa tidak puas terhadap cara Ki Ngabehi Soerodiwirjo menegakkan aturan persaudaraan di kalangan warga SH Winongo, dimana anggota terbanyak yang bisa masuk sebagai warga hanya dari kalangan ningrat dan pegawai pangreh projo saja.

Klimak dari rasa ketidak puasan ini diperlihatkan sewaktu Ki Ngabehi Soerodiwirjo melatih Sinyo Belanda dan sudah sampai jurus ke-20 tingkat-1. Oleh Ki Ngabehi Soerodiwirjo menyuruh Bapak Moenandar untuk menemani ‘sambung persaudaraan’ dan ternyata oleh Bpk Moenandar, Sinyo Belanda itu dihajar sampai pingsan sehingga menimbulkan kemarahan yang amat sangat dari Ki Ngabehi Soerodiwirjo.

c. Tahun 1932 Bapak Moenandar Hardjowijoto beserta beberapa saudara dari SH memohon idzin ( palilah ) dari Ouweheer Ki Ngabehi Soerodiwirjo untuk mendirikan Persaudaraan Setia Hati yang menggunakan Organisasi sebagai sarana mengatur rumah-tangga, yang pada dasarnya Ki Ngabehi Soerodiwirjo nglegani mengijinkan nya , beliau berjanji akan datang pada Pertemuan –1 Saudara Warga Setya Hati ( SH ) tanggal22 Mei 1932 di Semarang.

Beliau tidak dapat datang pada ‘musyawarah’ di Semarang pada waktu itu karena pergi ke Surabaya dan menimbulkan kekecewaan para saudara SH yang datang, akhirnya diputuskan secara aklamasi dalam musyawarah, berdirinya Pengurus Besar Setia Hati Organisasi ( SHO ) dan Bapak Moenandar Hardjowijoto sebagai ‘Ketua’ nya, dengan tidak berminat mengganggu SH Winongo dibawah kepemimpinan Ki Ngabehi Soerodiwirjo, dengan kata lain ‘berpisah tetapi satu tujuan’.

Dan di dalam kenyataannnya Bpk. Moenandar Hardjowijoto memang sudah di- ijinkan dan di restui Ki Ngabehi Soerodiwirjo untuk berdiri sendiri menjadi Juru Kecer dan memisahkan diri dari SH Winongo.

SERI KE-2

Sejarah Berdirinya Persaudaraan Setia Hati “PSC”Pilangbango Beserta Sejarah Pengembangannya.

Kisah ini dimulai dengan pelaku sejarahnya adalah Ki Hadjar Hardjo Oetomo, salah satu warga tua di Persaudaraan Setia Hati Winongo yang sudah menamatkan pelajaran Ilmu Setia Hati sampai 3e Trap (Tingkat-3) dari gurunya Ki Ngabehi Soerodiwirjo.

Bapak Hardjo Oetomo adalah seorang pemuda yang pemberani, yang juga tidak senang melihat rakyat menderita dibawah jajahan bangsa Belanda. Beliau seperti juga Bapak Moenandar Hardjowijoto, tidak suka Ilmu Setia Hati hanya dilatihkan ke kaum ningrat dan pangreh projo saja sebab ada rasa ketidak senangan beliau melihat orang-orang bumiputra bekerja dan mengabdi kepada penjajah Belanda.

Sikap patriotisme nya diperlihatkan dengan berpuluh puluh kali menghadang dan melempari Kereta Api yang lewat yang digunakan mengangkut perbekalan militer Belanda, terlebih lebih beliau sangat tidak senang melihat orang bumiputera menjadi masinis / kondektur kereta api Belanda.
Akibat perbuatan beliau ‘menimbulkan kerusakan dan kepanikan’ polisi polisi Belanda ataupun orang orang / pegawai Belanda yang akan naik kereta api.

Pada Th.1926 setelah dapat lolos dan menyelamatkan diri berkali kali, akhirnya Bapak Hardjo Oetomo tertangkap Polisi PID Belanda dan mendapatkan vonis hukuman selama 8 tahun penjara, dan dijalani beliau di Rumah Penjara Cipinang Jatinegara Jakarta.

Karena berkelakuan baik selama didalam tahanan, beliau tidak menjalani 8 tahun penuh tetapi dapat remisi / pengurangan masa tahanan selama 2 tahun.
Tahun 1932 Bapak Hardjo Oetomo dibebaskan dari Penjara Cipinang Jatinegara Jakarta dan pulang kedesa asalnya di Pilangbango Madiun.

Sewaktu beliau masih dalam tahanan, beliau mengangkat anak kepada seorang pemuda yang sama sama ditahan yang bernama Hardjo Mardjoet. Bersama sama beberapa pemuda, beliau dilatih pencak silat setia hati oleh Bapak Hardjo Oetomo. Salah satu pemuda yang dilatih selama dalam tahanan ada yang bernama Wongso Soedarmo yang nantinya akan menjadi kader beliau di kota Solo (Jawa Tengah).
Sewaktu Bapak Hardjo Oetomo dibebaskan dan dipulangkan ke Pilangbango Madiun, anak angkatnya pemuda Hardjo Mardjoet dibawa serta.

Ketika sampai kekota Madiun ternyata Bapak Hardjo Oetomo tidak langsung dipulang kan kerumah beliau tetapi harus menjalani pemeriksaan penelitian lagi dikantor Asisten Wedono di Jl.Jawa Madiun.

Setelah dianggap selesai barulah beliau diantar Mantri Polisi nya pulang ke Pilangbango dengan janji tidak boleh menerima tamu lebih dari 3 ( tiga ) orang.

Sebulan berada dirumah Pilang bango, datang 2 orang pemuda kakak beradik yang bertempat tinggal di Ngoro Oro Ombo Madiun. Dua pemuda tersebut adalah pemuda Soenjono dan pemuda Soewarno yang ingin sekali belajar pencak silat Setia Hati dari beliau. Tetapi karena peraturan yang baru memperbolehkan beliau menerima tamu paling banyak 3 orang, sedangkan waktu itu beliau sudah mulai melatih anak angkat beliau pemuda Hardjo Mardjut dan kemenakan beliau pemuda Soenarjo, maka yang diterima untuk ikut berlatih hanya pemuda Soenyono saja, dan kebetulan pemuda Soewarno masih melanjutkan sekolahnya di Surabaya.

Tahun 1932 itulah Ki Hadjar Hardjo Oetomo mulai melatih Pencak Silat Setia Hati dengan kader kader pertamanya pemuda Hardjo Mardjoet, Soenarjo dan Soenjono.

Tahun 1933 peraturan sudah agak melunak dimana Ki Hadjar Hardjo Oetomo sudah diperbolehkan menerima tamu 5 ( lima ) orang pada awal tahun dan akhirnya sudah diperbolehkan memerima tamu lebih dari 5 ( lima ) orang diakhir tahun.

Pada Th 1933 beliau menerima murid lagi diawal tahun seorang pemuda yang bernama Soeratno yang bertempat tinggal tidak jauh dari pilangbango.

Di Akhir Th 1933 siswa bertambah lagi 2 orang yang baru lulus dari KES di Surabaya, Dua pemuda tersebut adalah Mochamad Irsad yang merupakan kemenakan dari kakak beradik Soenjono dan Soewarno, dan pemuda yang kedua bernama Santoso.

Th.1934 pemuda Soewarno menyusul jejak kakaknya masuk persaudaraan setia hati dibawah asuhan Ki Hadjar Hardjo Oetomo di Pilangbango Madiun.

Pada Th 1932 salah satu murid tertua Ki Ngabehi Soerodiwirjo memisahkan diri dari Persaudaraan SH Winongo dan di Ijinkan menjadi ‘Juru Kecer Sendiri’ dan mendirikan Persaudaraan Setia Hati Organisasi (SHO). Murid tertua tersebut adalah Bapak Moenandar Hardjowijoto dari Ngrambe Ngawi Jawa Timur.

Memandang pengalaman dari Bapak Moenandar Hadjowijoto ini, maka Bapak Hardjo Oetomo sepulang dari tempat penahanan di penjara Cipinang Jatinegara Jakarta, juga meminta ijin dan restu dari Ki Ngabehi Soerodiwirjo untuk memisahkan diri dari Persaudaraan SH Winongo dan berdiri menjadi juru kecer sendiri, dimana di Th 1935 dimulai mengesyahkan beberapa orang siswa menjadi Warga Setia Hati 1st trap (tk-1), saudara saudara tersebut adalah :

1. Bpk. Hardjo Mardjoet 4. Bpk Moch.Irsad
2. Bpk. Soenjono 5. Bpk. Soeratno
3. Bpk. Soenarjo 6. Bpk. Santoso

Selain beberapa yang sudah tamat tingkat-1 tersebut diatas, di Pilangbango masih ada beberapa saudara yang sedang giat giatnya latihan antara lain :

1. Bpk. Soemo Soedardjo 4. Bpk. Soemodiran 7. Bpk.Hardjo giring
2. Bpk. Soetomo 5. Bpk. Hardjo Sajono
3. Bpk. Soewarno 6. Bpk. Danoe

Pada Th.1934 Para murid Ki Hadjar Hardjo Oetomo berkeinginan mengikuti Kejuaraan Pencak Silat yang diadakan dalam Pasar Malam Madiun yang selalu diadakan setiap tahun dengan hadiah uang tunai 22,5 Gulden Belanda dan Medali Emas, sambil cari pengalaman dan saudara.

Yang dijadikan jagonya adalah siswa Ki Hadjar yang baru berlatih pencak silat SH jurus ke 20 di tempat latihan beliau, namanya pemuda Soewarno. Hasilnya sungguh sangat menakjubkan pemuda R.Soewarno ( Hassan Djojoadisoewarno ) ini berhasil mendapatkan medali emas dan uang tunai 22,5 gulden Belanda.

Hasil Juara 1 ini di ulang ulang R.Soewarno selama 6 (enam) kali berturut turut di berbagai kota dan pasar malam Madiun dan diakhiri dengan mengikuti Kongrus Pencak Silat di Kota Semarang dengan hasil Juara Jawa, sebagai hasil juara yang ke-7 kalinya.

Pada Th.1935 Ki Hadjar Hardjo Oetomo berembug dengan para warga untuk membentuk suatu Organisasi Persaudaraan yang akhirnya aklamasi disepakati dengan nama: Setia Hati ‘PSC’ Pilangbango, merupakan singkatan dari ‘Politik Sport Club’, sesuai dengan Jiwa Patriotisme dari Ki Hadjar Hardjo Oetomo beserta para warganya yang ‘Anti Penjajahan Belanda’.

Tidak berapa lama kemudian, nama Persaudaraan SH Politik Sport Club Pilangbango mulai dikenal dimana mana oleh masyarakat, tetapi karena nama persaudaraan yang ada kata ‘politik’ yang ada didalam Persaudaraan Setia Hati PSC Pilangbango sangat menakutkan bagi pemerintah penjajahan, oleh karena itu beliau dipanggil dan di-interograsi oleh Polisi Belanda PID yang mengurusi masalah politik.

Hasilnya Persaudaraan boleh tetap berlangsung tetapi harus mau merubah kata singkatan PSC dari Politik menjadi sebuah nama yang tidak mengandung maksud melawan pemerintah penjajahan kala itu.
Akhirnya diputuskan bersama para warga persaudaraan nama dirubah menjadi Setia Hati ‘Pencak Sport Club’ Pilangbango.

Namun kenyataannya lain setelah para warga mulai berlatih Pencak Silat dengan nama SH ‘Pencak Sport Club’ ditempat latihan-I didesa Oro Oro Ombo dirumah Bpk.Soenyono dan Bpk.Soewarno digrebeg Mantri Polisi Madiun yang kebetulan warga SH Winongo yang bernama R.Seno beserta anak buahnya.

Dalam pembicaraannya dikatakan bahwa Pemerintah Penjajahan menuduh bahwa SH Pencak Sport Club itu bukan melatih sport saja tapi juga berkumpul kumpul untuk membicarakan soal politik. Jadi kalau tidak mau dibubarkan harus berubah nama lagi.

Kejadian itu juga terjadi ditempat latihan-II di Pilangbango, dimana punggawa punggawa polisi menjungkir balikkan isi rumah dan Ki Hadjar Hardjo Oetomo sebagai penanggung jawab ditangkap kembali PID Belanda untuk di interograsi.

Akhir Th.1935, Akhirnya pada diadakan Rapat Kepengurusan Yang Pertama untuk mengubah lagi nama persaudaraan dan diputuskan dengan nama Setia Hati ‘Pemuda Sport Club’ Pilangbango dengan Susunan Kepengurusan Yang disepakati Th 1935 Sebagai berikut :

Hoofd Bestuur : Ki Hadjar Hardjo Oetomo
Secretaris : Bpk. Santoso Kartoatmodjo
Pening Mester : Bpk. Soetomo Mangkoedjojo
Comissaris - I : Bpk. Soenarjo
Comissaris - II : Bpk. Danoe
Comissaris - III : Bpk. R.Soenjono (Njono Wardojo)
Leider Schaap (Dewan Pelatih )
Hoofd Leider : Ki Hadjar Hardjo Oetomo
Leider : Bpk. Hardjo Mardjoet
Bpk. Moch. Irsad
Bpk. Soenarjo
Bpk. R.Soenjono

Tahun 1936 sudah banyak saudara saudara yang disyahkan jadi warga tingkat-1 Persaudaraan Setia Hati PSC Pilangbango, dan tempat latihan pencak silat makin tersebar dibanyak tempat, sehingga dibentuklah beberapa cabang dari persaudaraan :

1. Di Jl.Ponorogo Madiun dipimpin : Bpk. Soemo Soedirdjo
2. Di Ponorogo dipimpin : Bpk. Soetomo Mangkoedjojo
3. Di Oro Oro Ombo dipimpin : Bpk. Hassan Djojoadisoewarno
4. Di Kepatihan Madiun dipimpin : Bpk. Hardjo Sajono
5. Di Taman Siswo Madiun dipimpin : Bpk. Soenarjo & Bpk. Soekotjo
6. Di Klegen Madiun dipimpin : Bpk. Soemo Diran
7. Di Pengangangan Madiun dipimpin : Bpk. Hardjo Mardjoet
8. Di Saradan dipimpin : Bpk. Mochamad Irsad
9. Di Moehamadiyah Madiun dipimpin : Bpk. Hassan Djojoadisoewarno
10. Di Solo dipimpin : Bpk. Djendro Dharsono.

Tahun 1937 Persaudaraan Setia Hati PSC Pilangbango makin bertambah besar dengan cabang cabang nya yang makin banyak, sehingga di Tahun 1937 diadakan Konggres Persaudaraan Setia Hati PSC Pilangbango Pusat Yang Pertama yang menghasilkan keputusan sebagai berikut:

Hoofd Bestuur : Ki Hadjar Hardjo Oetomo (tetap)
Secretaris : Bpk. Soemo Soedardjo (karena Bpk. Santoso Karto Atmodjo sudah terlalu sibuk di Leider).
Pening Master : Bpk. Hassan Djojoadisoewarno (Bpk Soetomo digantikan karena pindah rumah luar kota).
Comissaris – I : Bpk. Soenarjo (merangkap jabatan Bpk.Soenjono yang sering sakit)
Comissaris – II : Bpk. Danoe
Tahun 1938 s/d 1940 Susunan Kepengurusan Pusat Persaudaraan Setia Hati PSC Pilangbango tetap sama dengan Th.1937.

Leider Schaap (Dewan Pelatih ) Persaudaraan Setia Hati PSC Pilangbango Pusat dipegang oleh Warga yang telah di syahkan 3e Trap ( tingkat-3 ) :

Hoofd Leider : Ki Hadjar Hardjo Oetomo
Leider : 1. Bpk. Soemo Soedardjo
2. Bpk. Moch. Irsad
3. Bpk. Njono Wardojo
4. Bpk. Hardjo Giring
5. Bpk. Hassan Djojoadisoewarno
6. Bpk. Hardjo Mardjoed
7. Bpk. Soetomo Mangkoedjojo
8. Bpk. Santoso Kartoatmodjo
9. Bpk. Danoe
10. Bpk. Soenarjo.
Cabang dari Persaudaraan Setia Hati PSC Pilangbango makin banyak tersebar di Jawa Timur dan Jawa Tengah meluas sampai di :

Ponorogo dipimpin oleh Bpk. Hassan Djojoadisoewarno karena menggantikan Bpk. Soetomo Mangkoedjojo yang pindah ke Jombang.

Solo dipimpin oleh Bpk. Moertadji Widjaja dan Bpk. Padmo Siswojo karena menggantikan Bpk. Djendro Dharsono yang pindah ke Surabaya.

Pati dipimpin oleh Bpk. Soemo Soedardjo yang kemudian diganti Bpk. Saljo Harso Oetomo karena kepindahan beliau ke Porong.

Saradan dipimpin oleh Bpk.Mochamad Irsad.

Magetan & Maospati dipimpin Bpk. Hardjo Madjoed.dan Bp.Hardjogiring.

Pada Tahun 1940 dikarenakan Ki Hadjar Hardjo Oetomo sering sakit sakitan, maka tugas sebagai Hoofd Leider ( Ketua Tehnik ) Pusat diserahkan secara aklamasi kepada Bpk. Soemo Soedardjo. Jabatan ini sempat dipegang beliau selama setahun sampai beliau pindah rumah ke Porong Malang.

Mulai Th.1941 Jabatan Hoofd Leider ditunjuk menggantikannya adalah Bpk. Hassan Djojoadi soewarno.

Tahun 1942 ~ Th.1943 Kegiatan Persaudaraan terhenti karena pecah perang Asia Timur Raya (Perang Dunia ke-II ). Tanah Jawa ganti dijajah oleh Jepang, yang kenyataannya rakyat makin menderita dan makin bertambah sengsara dan miskin karena sikap penjajah Jepang yang semena- mena.

Th.1943 semua pemimpin perguruan pencak silat yang ada dikota Madiun dipanggil oleh penguasa Jepang dan diajak membentuk ‘Persatuan Perkumpulan Pencak Silat’ yang ada dikota Madiun yang dikenal dengan nama ‘SHI THAI KU KAI’, dimana secara aklamasi Bpk.Soewarno (Hasan Djoyoadhi Soewarno) dari Setia Hati PSC Pilangbango dijadikan pimpinannya.
Anggota Perkumpulan Pencak Silat yang tergabung dalam SHI THAI KU SHAI adalah :

1. Setia Hati Winongo dipimpin Bpk. R.Moestomo
2. Setia Hati PSC Pilangbango dipimpin Bpk. Hassan Djojoadisoewarno
3. Tuhu Tekat dipimpin Bpk. Soebeni
4. Budhining Tarung dipimpin Bpk. Djasmin
5. Pas Andalas dipimpin Bpk. Iljas
6. Pecut Jakarta dipimpin Bpk. Diran
7. Sadewa dipimpin Bpk. Pandji Soerjo N.
8. Soemarah dipimpin Bpk. Moesiri
9. Cimande dipimpin Bpk. Wirjak
Warga Persaudaraan Setia Hati PSC Pilangbango sudah sedemikian banyaknya tersebar dibeberapa tempat.

Th.1945 sesudah Kemerdekaan Republik Indonesia dikarenakan tugas yang diemban Bpk.Hassan Djojoadisoewarno di Angkatan Darat Tentara Nasional Indonesia sering berpindah pindah tempat dan harus meninggalkan kota Madiun, maka jabatan Hoofd Leider (Ketua Tehnik) Pusat Setia Hati PSC Pilangbango diserah terimakan dari Bpk. Hasan Djoyoadhi Soewarno kepada Bpk. Hardjo Mardjoet.

Mulai Th.1947 Karena kesehatan Ki Hadjar Hardjo Oetomo yang makin menurun dan usia sudah semakin lanjut maka secara total ‘segala urusan ‘ Organisasi Setia Hati PSC diserahkan kepada Para Kadernya yang merupakan Pengurus Inti Persaudaraan Setia Hati PSC Pilangbango.

Dengan sudah tidak aktifnya Ki Hadjar Hardjo Oetomo memang dirasakan sekali kurang ‘gregetnya’ Organisasi Persaudaraan, terlebih lagi banyak pengurus pusatnya yang terpaksa meninggalkan kota Madiun karena tuntutan pekerjaan, antara lain:
Bpk. Mochamad Irsad yang pindah kekota Semarang, Bpk. Soemo Soedardjo yang pindah ke Porong Malang, Bpk. Nyono Wardoyo yang berpindah ke Solo dan Bpk. Hassan Djoyoadhisoewarno yang menjadi TNI berpindah pindah tempat.

Memang kekurang aktif-an kepengurusan terjadi, tapi para pengurusnya tetap menjalankan tugasnya sebagai penerus ajaran setia hati dengan masing masing individu masih melatih generasi muda ditempat kediaman para warga masing masing, dan tetap mencetak kader kader penerus Persaudaraan Setia Hati PSC Pilangbango.

SERI KE-3

Sejarah Berdirinya Persaudaraan Setia Hati Terate Beserta Pengembangannya.

Pada sekitar Th.1951 sesudah berakhirnya Agresi Militer Tentara Belanda di Bumi Pertiwi Indonesia tercinta ini, dengan suasana Negara dan Pemerintahan yang mulai terasa aman dan penuh kedamaian, maka munculah kembali kerinduan dan keinginan saudara saudara tua SH PSC untuk kembali Aktif menggerakkan Roda Roda Organisasi Persaudaraan yang sudah terbengkelai sekian lama.

Dengan diprakarsai Alm. Bpk.Santoso Kartoatmodjo dan Bpk.Soetomo Mangkoedjojo (Alm), maka berkumpulah para tua-tua SH PSC yang ada dikota Madiun dan sekitarnya. Musyawarah Tua Tua Warga Persaudaraan SH PSC Th.1951 di kota Madiun saat itu Menelorkan Keputusan :

1. Menggantikan Nama Persaudaraan Setia Hati Pemuda Sport Club yang berbau bahasa asing dengan aklamasi disetujui diganti dengan nama baru ‘PERSAUDARAAN SETIA HATI TERATE’, yang terasa lebih luwes dan penuh arti.

2. Mengesyahkan Kepengurusan Persaudaraan Setia Hati Terate dengan Alm. Bpk.Soetomo Mangkoedjojo dan Alm.Bpk.Santoso Kartoatmodjo sebagai Ketua ketua-nya, dan didalam ‘kenyataan sejarah’ beliau berdua bergantian s/d Th 1966 sebagai Pimpinan Organisasi Persaudaraan SH Terate Pusat.

Persaudaraan Setia Hati Terate dibawah kepemimpinan Almarhum Bpk.Soetomo Mangkoedjojo dan Alm.Bpk..Santoso Kartoatmodjo maju pesat kedaerah diluar Madiun melebihi saat kepengurusan SH PSC masa lalu. Para Saudara Warga SH PSC hampir seluruhnya sudah bergabung kedalam Persaudaraan Setia Hati Terate dan Bersama sama memajukan Persaudaraan Setia Hati Terate dan kelihatan sangat maju dan menonjol di masyarakat.

Periode Kepengurusan Th.1951 s/d Th 1955 Bpk.Soetomo Mangkoedjojo menjabat sebagai Ketua SH Terate Pusat yang pertama berkedudukan di Kota Madiun, dengan Susunan Kepengurusan SH Terate Pusat Madiun yang tercatat :

Ketua Umum : Bpk.Soetomo Mangkoedjojo
Sekretaris : Bpk. R.Soemadji
Bendahara : Bpk.R.Bambang Soedarsono
Dewan Pelatih : Bpk. Santoso Kartoatmodjo (KETUA)
Bpk. Mochamad Irsad
Bpk. Harsono
Bpk. Hardjo Pramudjo
Bpk. Badini
Bpk. Oemar Karsono

Tugas yang diemban Kepengurusan SH Terate Pusat yang tercatat:

1. Konsolidasi dengan Seluruh Cabang-Cabang SH Terate di kota Madiun dan kota kota diluar Madiun.

2. Membuat Anggaran Dasar dan Anggaran Rumah Tangga SH Terate.

3. Mengadakan Peninjauan dan Pelatihan Warga Cabang Madiun dan kota diluar Madiun, dengan tercatat keaktifan Pengurus maupun Pelatih Pusat datang ke Solo, Semarang, Jogyakarta, Ngawi, Mojokerto, Surabaya, Malang, Ponorogo dan lain kota yang ada cabang SH Terate.

4. Mengaktifkan ‘Penarikan Iuran Bulanan’ warga di cabang-cabang SH Terate, maupun sumbangan / sokongan ke Pusat di Madiun guna menggerakkan Roda Organisasi Persaudaraan SH Terate.

5. Mengadakan Acara Tahunan Persaudaraan SH Terate Pusat, antara lain ‘Pengetan Syuran’ yang dijatuhkan pada bulan Asyura dengan sekaligus Pengesyahan Warga SH Terate yang menjadi sarana temu kangen warga cabang dengan pusat di Madiun. Dan juga acara Halal Bi Halal yang diadakan setiap tahun di Madiun.

Pada Th.1952 Persaudaraan SH Terate Pusat mengadakan ‘Konggresnya Yang Pertama’ dengan di hadiri Seluruh Pengurus Pusat yang ada dikota Madiun plus Bpk. Mochamad Irsad yang ada dikota Semarang, ditambah tamu-tamu yang diundang adalah Bpk. Hardjo Mardjoet dari Pilangbango Madiun, Bpk. Soemo Soedardjo dari Porong Malang, Bpk. Djendro Dharsono dari Surabaya, Bpk. Salyo Harso Oetomo dari Pati, Bpk. Moertadji Widjaja dari Solo.

Pada Pertengahan Th. 1952 Bpk. Hadjar Hardjo Oetomo Pendiri Persaudaraan Setia Hati ‘Pemuda Sport Club’ Pilangbango ‘Meninggal Dunia’ karena sakit tua yang diderita beliau sekian lama, dan dimakamkan di Makam Desa Pilangbango.

Ki Hadjar Hardjo Oetomo adalah Seorang Pejuang Kemerdekaan Negara kita dan mendapatkan Penghargaan Piagam Pengakuan Pemerintah Republik Indonesia sebagai ‘Veteran Pejuang Kemerdekaan Republik Indonesia ‘.

Beliau memang tidak pernah mendirikan ‘Persaudaraan Setia Hati Terate’ tetapi kelihatannya beliau ‘memberikan restu dan mengestoni’ pendirian SH Terate yang merupakan ‘Lanjutan dan Penggantian’ SH Pemuda Sport Club (PSC) dengan bukti Putra pertama beliau yang bernama Bpk. Harsono merupakan ‘Salah Satu Pendiri’ dan Pengurus Pusat Persaudaraan SH Terate dan ikut aktif menjadi ‘Pengurus Dewan Pusat’ sampai belasan tahun tugas kerja.

Ibu Harsining adalah Putri kedua Bpk. Hardjo Oetomo, yang sudah mendahului beliau wafat beberapa tahun sebelumnya. Ibu Harsining bersuamikan Bpk. Goenawan Pamoedji yang sampai buku ini ditulis masih ‘sugeng’ dan bertempat tinggal di Ponorogo dan menjadi sesepuh SH Terate Ponorogo.

Ibu Hardjo Oetomo sepeninggal Ki Hadjar Hardjo Oetomo, sebelum meninggal dunia berkumpul menjadi satu dengan Bpk.Harsono bertempat di Gubeng Surabaya.
Pada akhir Th 1954 Bpk. Soetomo Mangkoedjojo sering meninggalkan kota Madiun ke Surabaya karena panggilan tugas kerja di Bank Rakyat Indonesia.
Sebagai Ketua Umum SH Terate Pusat, beliau terpaksa menghandel tugas Organisasi Persaudaraan dari Kota Surabaya dengan setiap ada acara penting beliau harus bolak balik Surabaya~Madiun.

Pada Th 1955 diadakan Reformasi Kepengurusan Pusat SH Terate dengan susunan Pengurus Pusat Periode Th.1955 s/d Th.1961 sebagai berikut :

Ketua Umum : Bpk. Santoso Kartoatmodjo
Sekretaris : Bpk. R Soemadji ( tetap )
Bendahara : Bpk.R.Bambang Soedarsono ( tetap )
Dewan Pelatih : Bpk.Soetomo Mangkoedjojo ( KETUA )
Bpk. Mochamad Irsad
Bpk. Harsono
Bpk. Hardjo Pramoedjo
Bpk. Badini
Bpk. Oemar Karsono

Dewan Pelatih beserta Pengurus Pusat SH Terate diwajibkan datang menghadiri Rapat Kepengurusan Pusat, Acara Tahunan Persaudaraan yang berupa Acara Syuran ataupun Halal Bi Halal dan lain-lain acara yang dianggap penting, dengan mendapatkan penggantian Uang Transport (P-P) dari tempat asal.

Seperti halnya yang sering terjadi dengan Bpk. Soetomo Mangkoedjojo yang sering mendapat tugas kerja di Surabaya dan Bpk. Mochamad Irsad yang bertempat tinggal di Semarang.

Pada Periode Kepengurusan SH Terate Pusat Th.1955 s/d Th. 1961, hal-hal besar yang telah dilaksanakan Pengurus Pusat adalah :

1. Pada pertengahan bulan Juli Th.1955 melaksanakan ‘Pemugaran Makam’ Almarhum Bpk. Hardjo Oetomo dengan membelikan Kijing Baru dimakam Desa Pilangbango Madiun, mengadakan ‘Selamatan Nyewu’ dan memberikan Tanda Bakti dan Tali Asih kepada Ibu Hardjo Oetomo berupa Seperangkat Pakaian lengkap. Dan semua pembeayaan disokong oleh seluruh Cabang SH Terate dan Para Donator Pengurus Pusat.

2. Di akhir bulan Agustus Th.1955 mengadakan ‘Pengetan Syuran Th.1955’ dan pengesyahan warga baru, dan acara tersebut selalu tiap tahun dilaksanakan.

3. Ikut berbela sungkawa dengan mengirimkan Karangan Bunga, menunjukkan diri sebagai sahabat pada waktu meninggalnya Bpk. Wongsodikromo, Sawahan Gg.Tembus Winongo pada tanggal 13 Pebruari Th.1956 yang merupakan sesepuh dari SH Winongo.
4. Tanggal 23 Desember 1956 mengadakan ‘Pertemuan Pelatih’ dengan memanggil wakil-wakil pelatih cabang dikumpulkan dipusat Madiun dan acara dipimpin langsung oleh Dewan Pelatih SH Terate Pusat.

Di awal Th 1961 kembali digelar Reformasi Kepengurusan Pusat SH Terate untuk periode tugas Th.1961 s/d Th.1966, dengan susunan kepengurusan sebagai berikut :

Ketua Umum : Bpk. Santoso Kartoatmodjo ( tetap )
Sekretaris : Bpk. Soemadji ( tetap )
Bendahara : Bpk. Bambang Soedarsono ( tetap )
Dewan Pelatih : Bpk. Soetomo Mangkoedjojo ( KETUA )
Bpk. Harsono
Bpk. Badini
Bpk. Daroesalam
Bpk. Hardjo Pramoedjo
Bpk. Oetomo Moeljoprodjo
Bpk. RM.Imam Koes Soepangat **

** Th.1963 Bpk.RM Imam Koes Soepangat adalah ‘Golongan Muda’ yang mulai masuk ‘jajaran pengurus pusat’ menggantikan salah seorang dari Pengurus Pusat..

Pada Periode Kepengurusan Pusat SH Terate Th.1961 s/d 1966, Pekerjaan besar yang telah dilaksanakan adalah :

1. Pertengahan Bulan Juni 1962 menyelenggarakan ‘Peringatan Syuran -62’ di Pusat Madiun dengan Ketua Panitya Bpk.Soetomo Mangkoedjojo.

2. Tanggal 29 September 1962 SH Terate Pusat mengundang Seluruh Pimpinan Cabang SH Terate, mengadakan Musyawarah Kerja SH Terate di Madiun.

3. Tanggal 27 April 1963 mengadakan Pertemuan Pelatih Pusat dengan Para Pelatih Cabang SH Terate dengan acara ‘Penyamaan Jurus SH Terate’.

4. Tanggal 14 Juni 1963 mengadakan ‘Peringatan Syuran-63’ diselenggarakan secara gabungan antara Pusat dengan Cabang SH Terate Madiun.

Sesudah Th.1964 Pusat Setia Hati Terate terjadi lagi ‘ ke-vaccum-an kepengurusan’ dengan banyaknya para pengurusnya yang tidak bisa aktif, bahkan banyak yang terpaksa harus mengundurkan diri karena alasan ‘pengaruh politik’ yang baru memanas waktu itu ( biarpun didalam persaudaraan sudah di ikrarkan dengan bulat bahwa persaudaraan yang kekal dan abadi adalah yang utama dengan tidak membeda-bedakan dan mempersoalkan agama, ras keturunan dan politik yang di anut masing-masing warganya ).

Th. 1965 s/d 1966 adalah ‘Turunnya Awan Kelabu’ menggelayuti Pusat dan Cabang-cabang Persaudaraan Setia Hati Terate dengan beberapa warga sepuh yang sangat banyak sekali jasanya terhadap SH Terate terpaksa tidak dapat aktif kembali Sebagai Pengurus Pusat maupun Pengurus Cabang bahkan beberapa dari pinisepuh tersebut ditahan oleh pemerintah yang berwenang , hilang ataupun ‘meninggal dunia’ karena ‘dianggap’ tersangkut dengan partai terlarang waktu itu ( Semoga Arwah Beliau mendapatkan tempat yang lapang disisi Allah YME dan diberi ketabahan Iman kepada Istri dan Putra – Putri beliau yang ditinggalkan – Amiin ).

Awal Th.1966 Dengan sudah berakhirnya Kepengurusan lama, ditambah dengan hilang / tidak bisa aktifnya beberapa Pengurus Pusat Inti, maka Kepengurusan SH Terate Pusat dipercayakan kembali dari Bpk.Santoso Kartoatmodjo kepada Bpk. Soetomo Mangkoedjojo sebagai Ketua Pusat dan dibantu Bpk.RM Imam Koes Soepangat dan beberapa Warga Sepuh sebagai Pengurus Dewan Pusat.
Didalam Kepengurusan baru ini dapat dilihat, Pengurus Pusat SH Terate sudah mulai berdampingan antara ‘Golongan Warga Sepuh dengan Golongan Warga Muda’.

Bpk.RM Koes Soepangat yang kebetulan ‘tokoh pemuda’ di kota Madiun, adalah putra kemenakan dari Bpk.RM Koesnindar (Alm) Bupati Madiun saat itu yang sangat dekat hubungannya dengan Bpk.Hassan Djojoadisoewarno tokoh sepuh dari SH PSC dan pada jaman Bpk. R. Soewarno masih ‘jadi jagonya’ Setia Hati bertanding di Arena Pasar Malam Madiun, Selalu Bpk. RM Koesnindar jadi Pengagum dan ‘Botoh’ beliau.

Menjadi kenyataan setelah Kepengurusan Organisasi dipegang Para Warga Muda dan Para Sesepuh ‘mengesuh dan mengawal’ dari belakang terjadi pengembangan yang luar biasa hebatnya, dimana Persaudaraan Setia Hati Terate sangat dikenal dimasyarakat sampai sekarang dan warganya tersebar diseluruh Indonesia bahkan sampai keluar negeri.

Kalau di urut kebelakang, seluruh Pengurus dan Pinatua yang berada didalam Kepengurusan Persaudaraan Setia Hati Terate di Pusat Madiun maupun yang didaerah daerah pada masa awal kebangkitan, semuanya kalau tidak Warga Ex Setia Hati PSC Pilangbango ya murid murid beliau beliau, memang tidak ada lain. Sehingga kalau dikatakan dengan bahasa kebenaran Ilmu Setia Hati warga SH Terate ‘ satu jalur lurus’ dengan Ilmu Setia Hati PSC Pilangbango dengan kenyataan mereka terdiri antara guru dan murid.

Bpk.Hardjo Mardjoet mempunyai murid antara lain :

1) Bpk. Badini : Salah satu Pendiri Persaudaraan Setia Hati Terate dan menjabat sebagai Ketua-II Dewan Pusat sebelum beliau wafat.

2) Bpk. Salyo Harso Oetomo : Pernah memimpin Setia Hati PSC di Kota Pati dan menjadi Sesepuh SH Terate di kota Jogyakarta dengan siswa siswa antara lain :
• Ir.Djoko Koencoro
• Ir.Soekamto
• Drs.H Moh.Ngemron M.Psi ( bergabung ke PSH )

3) Bpk.Pamudji (Comm Laut Pnw) : Menjadi sesepuh SH Terate Jakarta.

Bpk. Mochamad Irsad mempunyai murid antara lain :
1) Bpk.RM.Imam Koes Soepangat : Almarhum adalah orang yang sangat besar jasanya dalam menjaga ‘tetap exis-nya’ SH Terate dan menjadi Ketua Dewan Pusat SH Terate sampai beliau wafat. Siswa beliau antara lain:
• Bpk. Drs H. Tarmadji Budi Harsono yang sudah dibimbing oleh beliau s/d Tk-III (3e Trap),
• Bpk. Ir. Sakti Tamat
• Bpk. Ir. Wiyono.
2) Bpk.Koeswanto : Beliau yang diserahi tugas melatih Bp. Koes Siswa Bp. Mochamad Irsad di Madiun.
3) Bpk.Widharto : Almarhum adalah Sesepuh SH Terate Jakarta dan Bandung.

Bpk.Wongso Soedarmo : Beliau adalah siswa Ki Hadjar Hardjo Oetomo sewaktu sama-sama ditahan dipenjara Cipinang Jatinegara. Mempunyai murid antara lain :

1) Bpk.Djendro Dharsono : Pernah memimpin Setia Hati ‘PSC’ Cabang Solo dan menjadi Sesepuh SH Terate Surabaya dengan salah satu Siswanya adalah:
• Bp. Darmo Sanjata, Sesepuh SH Terate Malang.

2) Bpk.Moertadji Widjaja : Memimpin Setia Hati ‘PSC’ Solo menggantikan Bp.Dharsono dan menjadi Sesepuh Setia Hati Terate Solo dengan Siswanya adalah:
• Bp.Slamet Riyadi, penyusun dan penulis buku ini.

3) Bpk. Padmo Siswojo : Pernah memimpin SH ‘PSC’ Solo bersama Bp.Moertadji W dan Sesepuh SH Terate Solo

Bpk. Santoso Kartoatmodjo : Beliau mempunyai putra yang bernama:
1) Bpk. Soewignyo Dibyo Mertono : yang juga sudah diwarisi Ilmu Seti Hati beliau sampai dengan 3eTrap (Deerde Trap) dan siswa Bpk.Wignyo yang kita kenal adalah
• Bp.Prof DR.Noegroho
• Bp. Soeharli
• Bp.DR.Edi Leksono.

Bpk. Soetomo Mangkoedjoyo : Beliau mempunyai putra yang bernama:
1) Bpk.Bambang Tunggul Wulung (Alm)
2) Bpk. Bambang Gunung Susetyaning Prang (Alm)
Dimana beliau berdua menjadi pelatih dan Sesepuh Warga SH Terate dibanyak kota.

Bpk.Hassan Djojoadisoewarno : Beliau berdua dengan Alm Bp.Njono Wardojo
kakak beradik, adalah siswa siswa Ki Hadjar Hardjo Oetomo yang menjadi Saksi Sejarah dan Nara Sumber dari penulisan naskah ini. Siswa yang sudah dibimbing oleh beliau sampai dengan 3e Trap (DeerdeTrap) adalah:
1) Bp.Ir Djoko Koencoro
2) Bp.Drs. H. Moh.Ngemron, M.Psi
3) Bp.Slamet Riyadi ‘ penulis naskah ini ‘.

Dan masih banyak lagi ‘Para Pendiri Awal’ Setia Hati PSC beserta putra putri beliau berikut seluruh siswa-siswanya yang tersebar diseluruh Nusantara ini, yang tidak dapat kami sebutkan satu persatu ( penulis mohon maaf yang sebesar-besarnya karena kurangnya bahan masukan ).

Hampir semua Pinisepuh-pinisepuh kita dari Setia Hati PSC Pilangbango yang kenyataannya pada era Kepengurusan Setia Hati Terate menjadi Sesepuh dan Pelatih karena kenyataannya memang ‘satu garis lurus’ dalam ilmu setia hati yang diterima dan diwariskan. Beliau sekarang sudah meninggalkan kita semua, namun tetap kita harapkan terhubungnya tali komunikasi dari putra putri beliau ataupun siswa siswa beliau yang sekarang ini masih meneruskan cita cita luhur mengembangkan Ilmu Setia Hati, sehingga tali ikatan persaudaraan ini bisa tetap kita pelihara bersama.

Sumber Ajaran Pencak Silat yang diterima Ki Hadjar Hardjo Oetomo dari gurunya Ki Ngabehi Soerodiwiryo adalah himpunan jurus jurus pencak silat yang disarikan dari berbagai perguruan dan diujudkan sebanyak 36 (tiga puluh enam) jurus pokok dengan jurus no.29 sengaja tidak diajarkan, tentang mengapa jurus 29 tidak diajarkan kepada muridnya dapat dibaca dan dipahami pada‘buku riwayat pencipta persaudaraan setia hati’

Pada jaman Ki Hadjar Hardjo Oetomo menjalani masa tahanan 6 th di Rumah Penjara Cipinang Jatinegara Jakarta, beliau menciptakan jurus pencak silat ‘permainan bawah’ yang di sarikan dari 36 jurus ‘permainan atas’ tanpa meninggalkan pakem jurus aslinya.
Jurus ‘permainan bawah’ ini diajarkan kepada siswa nya untuk ‘2e Trap’ ( tweede trap ) dari ‘Setia Hati PSC’ sebanyak 24 jurus plus 1 jurus kunci.

Untuk ajaran pencak silat di ‘3e Trap’ ( deerde trap ), beliau juga mensarikan 36 jurus tingkat – 1 diambil intinya menjadi 1 (satu) jurus saja yang diajarkan kepada siswa ‘ 3e trap ‘ selain menerima ‘ajaran kebatinan’ 3e trap.

Demikianlah uraian singkat dalam penulisan kami yang sebenarnya penulis ini hanya merupakan ‘talang atur’ dari para sepuh persaudaraan setia hati PSC pilangbango yang bercerita tentang ‘Sejarah yang hampir dilupakan mengenai adanya Persaudaraan SH Pemuda Sport Club Pilangbango dan Riwayat Pengembangannya’.

Semoga arwah para pinisepuh yang telah mendahului kita, diterima Allah Yang Maha Esa dan diberikan tempat yang layak disisi Nya.

Amin Ya Robbilalamin.


Sekilas Riwayat Hidup Penulis :

Nama : Slamet Riyadi
Tempat/Tanggal Lahir : Solo ; 24 Agustus 1948
Alamat Terakhir : Jl. Singkep 27 Kel. Gunung Simping Cilacap.
Pekerjaan : Pensiunan Pertamina UP.IV Cilacap.

Penulis adalah Warga SH Terate Surakarta murid dari Alm Bpk.Moertadji Widjaja, di Syah kan Warga Tk-I Th.1967 di Madiun Se-Angkatan dengan Alm. Bpk. Darmoyo Madiun, Bpk. Pranowo Ngawi, Bpk..Abdul Rahman Jakarta dan Bpk. Moch. Ngemron Yogyakarta.

Th.1968 s/d Th.1973 menjabat sebagai Ketua Cabang SH Terate Surakarta, dan Selama Periode Tugas sebagai Ketua Cabang Surakarta, menjadi Pelatih Cabang Solo berkerja sama dengan Ibu Tinuk Astuti dan Bpk.Drs.Setiawan.
Juga ‘Ikut membidani’ lahir dan berdirinya SH Terate Cabang Sragen, Cabang Sukoharjo dan Cabang Wonogiri.

Th.1973 mendirikan SH Terate Cabang Cilacap dan menjadi Ketua Cabang SH Terate Cilacap s/d Th.1978.

Th.1974 Di Syah kan Pendekar Tk-II ( Tweede Trap ) Setia Hati di Kota Solo bersama-sama Bpk. Moch. Ngemron dari Yogyakarta dan Bpk. Imam Soeyitno (Alm) dari Jakarta, Oleh Bpk. Hassan Djojoadhisoewarno Sesepuh SH PSC didampingi Bpk. Salyo Harso Utomo Sesepuh Yogyakarta dan Bpk. Murtadji Widjaya Sesepuh dari Kota Solo.

Th.1978 s/d Th.2003 Menjabat sebagai Ketua Umum IPSI Cabang Kabupaten Cilacap, merangkap menjadi Pengurus IPSI Pengda Jawa Tengah Th.1980 s/d Th. 1984 sebagai Ketua Pembinaan IPSI Se-Ex Karesidenan Banyumas ( Purwokerto, Purbalingga, Cilacap dan Banjarnegara ).

Th. 1988 Di Syahkan Pendekar Tk.III ( Deerde Trap ) Setia Hati di Kota Cilacap Oleh Bpk. Hassan Djojoadhisoewarno Sesepuh Setia Hati PSC dengan didampingi Sesepuh Setia Hati Organisasi (SHO) Bpk. Mashadi Sastrohadipranoto dan Bpk. Moertadji Widjaya dari SH Terate Solo.


------ Cilacap Agustus 2009 -----

No comments: