Saturday, December 3, 2011

Serat Wedhatama Tembang Pocung



TEMBANG POCUNG
Gusti Pangeran Adipati Arya Sri Mangkunegoro IV

MACAPAT

Ngelmu iku
Kalakone kanthi lakuPublish Post
Lekase lawan kas
Tegese kas nyantosani
Setya budaya pangekese dur angkara


Ilmu yang sejati hanya dapat dicapai dengan
laku dan hanya berguna,
apabila diterjemahkan dalam perilaku sehari-hari.
Perilaku dengan kesungguhan hati
akan menghasilkan kepuasan batin.
Demikian kau akan menghadirkan SANG DIRI PRIBADI
yang dapat membedakan antara benar dan salah.


Angkara gung
Neng angga aggung gumulung
Gogolonganira
Triloka lekere kongsi
Yen den umbar ambabar dadi rubeda

Napsu angkara besar,
ada didalam diri yang kuat
menggumpal,
menjangkau hingga ke tiga jaman,
jika dibiarkan berkembang akan berubah menjadi gangguan malapetaka.



Bada lamun
Kang sus sengsem reh ngasamun
Semune ngaksama
Sasamane bangsa sisip
Sarwa sareh saking mardi martotama

Lain halnya dengan mereka yang telah menemukan DIRI PRIBADI.
Selain penuh dengan kesabaran dan kasih,
mereka juga akan saling memaafkan
dan berupaya untuk berbudi pekerti luhur setiap saat.

Taman limut, Durgameng tyas kang weh limput
Karem ing karamat
Karana karoban ing sih
Sihing sukma ngreda sahardi gengira

DIRI PRIBADI selalu menyuarakan kebenaran, sehingga hawa napsu
tidak dapat menggoda mereka lagi.
Sesungguhnya, kehadiran DIRI PRIBADI itu merupakan
anugerah Allah yang paling besar.

Yeku patut Tinulad-tulad tinurut
Sapituduhira
Aja kaya jaman mangkin
Keh pra mudha mundhi diri lapal makna

itulah
yang pantas ditiru, contoh yang patut diikuti, seperti semua nasihatku,
jangan seperti jaman nanti,
banyak anak muda yang menyombongkan diri dengan hafalan ayat

Nora weruh
Rosing rasa kang rinuruh
Lumeketing angga
Anggere padha marsudi
Kana-kene kaanane nora beda

Tidak memahami,
hakekat ilmu yang dicari,
sebenarnya ada di dalam dirinya sendiri,
asal mau berupaya,
sana sini (ilmunya) tidak berbeda.

Gending ini untuk mengiringi serat wedhatama karya dari KGPAA Mangkunegara IV yang dipersembahkan oleh paguyuban Karawitan Jawi Condong Raos Pimpinan Ki. Nartosabdho (alm) dengan swarawati Nyi. Sutantinah, Nyi. Tugini, Nyi. Suyatmi.

Sumber: http://sukolaras.wordpress.com/2008/07/26/karya-kgpaa-mangkunegara-iv-1/

SERAT WEDHATAMA
TEMBANG POCUNG
Gusti Pangeran Adipati Arya Sri Mangkunegoro IV




GENDING JAWA



Ada – Ada

Ngelmu iku
Kalakone kanthi laku
Lekase lawan kas
Tegese kas nyantosani
Setya budya pangekese dur angkara

Ilmu yang sejati hanya dapat dicapai dengan
laku dan hanya berguna,
apabila diterjemahkan dalam perilaku sehari-hari.
Perilaku dengan kesungguhan hati
akan menghasilkan kepuasan batin.
Demikian kau akan menghadirkan SANG DIRI PRIBADI
yang dapat membedakan antara benar dan salah.

Ketawang Pocung Santi Pl.6

Angkara gung
Neng angga-anggung gumulung
Gogolonganira
Tri loka lekere kongsi
Yen den umbar ambabar dadi rubeda

Napsu angkara besar,
ada didalam diri yang kuat
menggumpal,
menjangkau hingga ke tiga jaman,
jika dibiarkan berkembang akan berubah menjadi gangguan malapetaka.

Beda lamun
Wus sengsem rehing asamun
Semune ngaksama
Sesamane bangsa sisip
Sarwa sareh saking mardi martotama

Lain halnya dengan mereka yang telah menemukan DIRI PRIBADI.
Selain penuh dengan kesabaran dan kasih,
mereka juga akan saling memaafkan
dan berupaya untuk berbudi pekerti luhur setiap saat.

Ketawang Pocung Wuyung Pl.6

Taman limut, Durgameng tyas kang weh limput
Kerem ing karamat
Karana karoban ing sih
Sihing suksma ngrebda saardi gengira

DIRI PRIBADI selalu menyuarakan kebenaran, sehingga hawa napsu
tidak dapat menggoda mereka lagi.
Sesungguhnya, kehadiran DIRI PRIBADI itu merupakan
anugerah Allah yang paling besar.

Yeku patut
Timulad-tulad timurut
Sapituduhira
Aja kaya jaman mangkin
Keh pra mudha mundhi dhiri rapal makna

itulah
yang pantas ditiru, contoh yang patut diikuti,
seperti semua nasihatku,
jangan seperti jaman nanti,
banyak anak muda yang menyombongkan diri dengan hafalan ayat

Ketawang Pocung Dayaguna Pl.6

Nora weruh
Rosing rasa kang rinuruh
Lumeketing angga
Anggere padha marsudi
Kana-kene kahanane nora beda

Tidak memahami,
hakekat ilmu yang dicari,
sebenarnya ada di dalam dirinya sendiri,
asal mau berupaya,
sana sini (ilmunya) tidak berbeda.

Uger lugu
Denta mrih pralebdeng kalbu
Yen Kabul kabuki
Ing drajad kajating urip
Kaya kang wus winahya sekar Sri Nata

Asal tidak banyak tingkah,
agar supaya merasuk ke dalam sanubari.
Bila berhasil, terbuka derajat kemuliaan hidup yang sebenarnya.
Seperti yang telah tersirat dalam tembang sinom.

Ada-Ada

Uger lugu
Denta mrih pralebdeng kalbu
Yen Kabul kabuki
Ing drajad kajating urip
Kaya kang wus winahnya sekar Sri Nata

Asal tidak banyak tingkah,
agar supaya merasuk ke dalam sanubari.
Bila berhasil, terbuka derajat kemuliaan hidup yang sebenarnya.
Seperti yang telah tersirat dalam tembang sinom.

Ketawang Pocung Mulat Sl.6

Basa ngelmu
Mupakate lan panemu
Pasahe lan tapa
Yen satriya tanah Jawi
Kuna-kuna kang ginilut triprakara

Yang namanya ilmu,
dapat berjalan bila sesuai dengan cara pandang kita.
Dapat dicapai dengan usaha yang gigih.
Bagi satria tanah Jawa,
dahulu yang menjadi pegangan adalah tiga perkara

Lila lamun Kelangan nora gegetun
Trima yen kataman
Sak serik sameng dumadi
Tri legawa nalangsa srah ing Bathara


Pertama, Rela yang berarti tidak menyesal,
apabila kehilangan sesuatu.
Kedua, Menerima yang berarti tetap sabar,
walaupun dicaci-maki.
Ketiga, Penyerahan diri sepenuhnya
pada Kehendak Illahi.

Ketawang Pocung Talu Sl.My

Bathara gung Inguger graning jajantung
Jenek Hyang Wisesa
Sana Pesenetan suci
Nora kaya si mudha mudhar angkara

HATI NURANI kita merupakan tempat yang suci,
Di mana Allah bersemayam.
Mereka yang bodoh tidak
mendengarkan suara HATI NURANI atau SANG DIRI PRIBADI
tetapi mengindahkan HAWA NAPSU nya.

Nora uwus
Karema anguwus-uwus
Uwose tan ana
Mung janjine muring-muring
Kaya buta buteng betah nganiaya

Bukan henti hentinya
gemar mencaci maki.
Tanpa ada isinya
kerjaannya marah-marah
seperti raksasa; bodoh, mudah marah dan menganiaya sesama.

Pocung Palaran Sl.My

Sakeh luput
Ing angga tansah linimput
Linimpet ing sabda
Narka tan ana udani
Lumuh ala hardane ginawe gada

Semua kesalahan
dalam diri selalu ditutupi,
ditutup dengan kata-kata
mengira tak ada yang mengetahui,
bilangnya enggan berbuat jahat
padahal tabiat buruknya membawa kehancuran.

Durung punjul 

Kasusu kaselak jujul
Kaseselan hawa
Cupet kapepetan pamrih
Tangeh nedya anggambuh mring Hyang Wisesa

Belum cakap ilmu
Buru-buru ingin dianggap pandai.
Tercemar nafsu selalu merasa kurang,
dan tertutup oleh pamrih,
sulit untuk manunggal pada Yang Mahakuasa.