Saturday, October 12, 2013

Ajaran Kepemimpinan - Tontonan dan Tuntunan

Mensyukuri perjalanan 12 tahun berkarya melestarikan seni budaya tradisi, Sekar Budaya Nusantara (SBN) mempersembahkan pergelaran Wayang Orang "PARIKESIT JUMENENG RATU".

Senin, 7 Oktober 2013 pukul 19.30 wib – Selesai

bertempat di Gedung Kesenian Jakarta.

Sutradara : Teguh Kenthus Ampiranto
Koreografer : Nanang Ruswadi

Menampilkan para seniman Wayang Orang terbaik: Ki Manteb Sudarsono, Kirun, Wasi Bantolo, Aris Murtono, Anggono Kusumo, Wahyu Santoso Probowo – Aries Mukadi – Teguh Kenthus Ampiranto – Ali Marsudi – Dewi Sulastri – Agus Prasetya – Nanang Ruswandi - Ariyo Saloko


Ajaran“Kautamaning Prabu” atau keutamaan seorang raja atau pemimpin, diberikan atau diwariskan oleh Pandawa kepada Parikesit dengan tujuan agar proses regenerasi dan suksesi berlangsung alami dan damai.Kautamaning Prabu arti harafiahnya keutamaan seorang Raja berisi beberapa ajaran leluhur mengenai karakter dan sifat-sifat utama yang harus dimiliki oleh seorang Raja atau Pemimpin.


Pusaka Kautamaning Prabu berisi antara lain:

 I. “Berbudi Bawa Leksana”, artinya seorang pemimpin harus iklas berkorban dan selalu melakukan kebaikan untuk rakyatnya serta amanah dan menepati ucapan janjinya.

 II. “Memayu Hayuning Bawana”, artinya seorang pemimpin harus selalu mengusahakan keselamatan, kebahagiaan dan kesejahteraan dunia.

 III. “Jer Basuki Mawa Bea”, artinya seorang pemimpin harus memahami bahwa semua tujuan baik dan cita-cita luhur harus melalui pengorbanan.

 IV. “Hasta Brata”, artinya 8 (delapan) perilaku keteladanan dari sifat-sifat alam, Ajaran Sri Rama kepada adiknya Bharata dan Gunawan Wibisana. Ajaran ini juga diberikan oleh Kresna kepada Arjuna, yaitu:

1) “Matahari”, artinya seorang pemimpin harus mampu memberikan cahaya kehidupan, menciptakan kemakmuran dan meningkatkan taraf kehidupan yang lebih baik.
2) “Bulan”, artinya seorang pemimpin harus mempunyai sikap yang teduh dan simpatik serta mampu menciptakan keadaan yang aman tenteram dan damai.
3) “Bintang”, artinya kebijakan dan moral seorang pemimpin adalah tauladan bagi bawahan dan rakyat serta menjadi panutan tempat bertanya.
4) “Langit”, artinya seorang pemimpin harus mempunyai wawasan luas dan cita-cita yang luhur serta mengayomi siapa saja tanpa pandang bulu.
5) “Bumi”, artinya seorang pemimpin harus mampu menampung dan menyerap segala masalah lalu menyelesaikan serta memberi manfaat kepada siapa saja.
6) “Api”, artinya seorang pemimpin harus mampu memberi semangat dan motivasi kepada bawahan dan rakyat serta menegakkan keadilan, hukum dan peraturan tanpa pandang bulu.
7) “Angin”, artinya seorang pemimpin harus berada dimana-mana, tidak berjarak dan menyatu dengan rakyat.
8) “Samudera”, artinya seorang pemimpin harus berjiwa besar, amanah dan berani mengalah namun bukan berarti kalah.

 V. “Panca Stiti Dharmaning Prabu”, artinya 5 (lima) sifat dan sikap teladan yang harus dipedomani oleh pemimpin, Ajaran dari Prabu Arjuna Sasrabahu kepada Sumantri yang kemudian di populerkan oleh Ki Hajar Dewantoro dan Sostro Kartono, yaitu:
1) “Ing ngarsa sung tuladha” artinya didepan bawahan atau rakyatnya seorang pemimpin harus memberikan contoh untuk melaksanakan perbuatan baik, memberi semangat pengabdian yang tinggi dan luhur untuk kepentingan negara.
 2) “Ing madya mangun karsa” artinya di tengah-tengah bawahan atau rakyatnya seorang pemimpin harus mampu mengembangkan dan membangkitkan semangat kreatif untuk mencapai kemajuan bersama. 
3) “Tut wuri handayani” artinya seorang pemimpin harus mampu memberi dorongan semangat, memotivasi dan mendukung kreatifitas/ide bawahan atau rakyatnya yang bersifat positif serta melakukan evaluasi atas penyimpangan dari bawahannya.
 4) “Perang tanpa bala” artinya seorang pemimpin harus mempunyai kemampuan diplomasi. 
5) “Sakti tanpa aji” artinya seorang pemimpin harus kharismatik, kata-katanya mempunyai daya pesona bagai sabda. Apa yang dikerjakan adalah karya Tuhan sehingga akan selalu mendapat ridhaNya.

VI. “Pancadasa Kotamaning Prabu”, merupakan ajaran kepemimpinan jaman Majapahit yang bersumber pada NegaraKertagama sebagaimana karakter yang di tauladani oleh Patih Gadjah Mada, artinya 15 (lima belas) sifat keutamaan pemimpin, yaitu: 

 1) “Wijnana” artinya bijaksana dan penuh konsentrasi dalam menyelesaikan masalah.
 2) “Mantri wira” artinya pemberani dalam membela negara dan menegakkan kebenaran. 3) “Wicaksaneng naya” artinya bijaksana dalam menggunakan pikirannya dalam memimpin.
 4) “Natanggwan” artinya mendapat kepercayaan dari rakyat dan negara.
 5) “Satya bhakti aprabhu” artinya selalu setia dan taat pada atasan. 
6) “Vakmivak” artinya pandai bicara dan berdiplomasi. 
7) “Sarjawa upasama” artinya sabar dan rendah hati. 
8) “Dhirotsaha” artinya tekun dan teguh dalam berusaha.
 9) “Tan lelana” artinya teguh iman, riang, antusias dan optimis. 
10) “Dibya citta” artinya lapang dada dan menghargai pendapat orang lain.
 11) “Tan satrsna” artinya tidak terikat kepentingan pribadi. 
12) “Masihtasa bhuvana” artinya menyayangi setiap mahluk dan isi alam ini. 
13) “Gineng pratidina” artinya setiap hari senantiasa berbuat baik. 
14) “Sumantri” artinya menjadi abdi negara dan penasehat yang baik dan patuh. 15) “Amayaken musuh” artinya mampu menghancurkan dan memperdaya musuh-musuh negara. 

 VII. “Catur Pariksa/Catur Naya Sandhi”, ajaran yang ada dalam Kakawin Ramayana,  artinya 4 (empat) sikap yang harus dimiliki pemimpin dalam memimpin bawahan dan rakyatnya yaitu:

 1) “Sama” (prinsip kesetaraan) artinya mampu mengendalikan dan adil kepada rakyat terutama kawan dan negara sahabat. 
2) “Bheda” (prinsip kebhinekaan) artinya memiliki keahlian mengendalikan berbagai suku bangsa dan agama yang berbeda-beda sehingga mampu memelihara atau mengatur tata tertib dan disiplin dalam mengendalikan pemerintahan.
 3) “Dana” (prinsip kesejahteraan) artinya berderma mengusahakan sandang, pangan dan papan untuk memenuhi dan meningkatkan kesejahteraan rakyat. 
4) “Denda” (prinsip keadilan dalam hukum) artinya menghukum secara adil bagi yang berbuat salah. 

Selain ajaran diatas, Parikesit juga meneladani tokoh-tokoh Pandawa dan tokoh generasi sepuh yang sudah berhasil mengukir sejarah dengan tinta emas. Ajaran tersebut adalah Ajaran Candra Jiwa Pandawa dan Tokoh Pewayangan. Mereka adalah pribadi-pribadi tauladan yang karakternya merupakan simbol-simbol jiwa agung, antara lain: 

 1) “Puntadewa”, yang memiliki sifat ketuhanan, kejujuran, kesederhanaan dan kebersihan jiwa. 
2) “Bima”, yang memiliki sifat keberanian, ketegasan, kelugasan dan kepahlawanan. 
3) “Arjuna”, yang merupakan simbol ilmu pengetahuan dan budaya, kesempurnaan, keindahan serta ahli perang.
 4) “Nakula”, yang merupakan simbol kesejahteraan dan kemakmuran. 
5) “Sadewa”, yang merupakan simbol kearifan dan intelektualitas, mempunyai memori yang kuat serta ahli data abadi. 
6) “Matswapati”, yang merupakan simbol dari pemimpin yang sangat piawai dalam administrasi negara. 
7) “Kresna”, yang memiliki kepekaan intuitif, mempunyai kemampuan “forecasting & problem solving”, ahli strategi dan mampu menyusun program dengan analisis masa depan yang tajam. 
8) “Curiganata/Baladewa”, yang merupakan sosok raja perkasa, sakti mandraguna, kekasih dewata yang sportif dan lurus dalam hidupnya.

REHEARSAL
Sumber: Buku “Kautamaning Prabu” diterbitkan oleh Sekar Budaya Nusantara yang dibagikan pada acara Pergelaran Wayang Orang “Parikesit Jumeneng Ratu” pada tanggal 7 Oktober 2013 di Gedung Kesenian Jakarta (GKJ) + Foto Pagelaran dari Mas Doni dapat di klik di sini  
read more "Ajaran Kepemimpinan - Tontonan dan Tuntunan"

Tuesday, May 7, 2013

MATRA WIRA BASKARA NUSANTARA

KEPAHLAWANAN BAGAIKAN MATAHARI NUSANTARA

Kepulauan yang terletak di antara Benua Australia dan Asia. Kepulauan yang membentang antara Samudera Pacific dan Hindia. Diduduki oleh Bangsa yang rapat keturunan dan peradabannya, yaitu Bangsa Austronesia yang dipersatukan oleh GADJAH MADA  pada abad 12 menjadi NUSANTARA, kemudian melalui Sumpah Pemuda 28 Oktober 1928 dan Proklamasi Kemerdekaan 17 Agustus 1945 pada abad 20 menjadi Bangsa Negara INDONESIA.

GADJAH MADA adalah orang besar. Geopolitiknya meliputi pulau, benua, lautan dan daratan. GADJAH MADA adalah abadi, namanya membahana sebagai orang yang berumur beribu-ribu tahun karena jasanya bagi Bangsa INDONESIA yang tidak bisa dilupakan.

GADJAH MADA tidak pernah mati, namanya abadi. Menjadi kemudi bagi orang yang melihat ke zaman lampau. Jadi pedoman bagi orang yang bergerak ke depan dalam menetapkan haluan hati Kebangsaan NUSANTARA.

GADJAH MADA jiwanya menjadi angin di angkasa, buih di lautan dan kembang di daratan. GADJAH MADA tidak mati terkubur, melainkan hidup berdetak menjadi dorongan jiwa dalam jantung sanubari putera-puteri INDONESIA yang menegakan kepalanya dalam perjuangan Nusa Bangsa Negara INDONESIA!

Dramatari kolosal tentang Gadjah Mada berjudul 'Wira Baskara Nusantara tampil pada puncak acara peringatan HUT ke 38 Taman Mini Indonesia Indah (TMII) di panggung utama di Plasa Archipelago tanggal 20 April 2013 pukul 19.00 WIB

 Produksi TMII dan Sekar Budaya Nusantara - Klik Foto-Foto Disini

Pendukung:
Sekar Budaya Nusantara
Institute Seni Indonesia Solo
Fakultas Ilmu Budaya Universitas Indonesia
Yayasan Mitra Bharata
Pelangi Nusantara TMII
Wayang Orang Bharata

 
read more "MATRA WIRA BASKARA NUSANTARA"